tag:blogger.com,1999:blog-60623736991666352642024-03-05T04:22:52.690-08:00EDUCATION ZONEadminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comBlogger82125tag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-87205599604662853602022-03-07T00:15:00.001-08:002022-03-19T01:19:17.742-07:00Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif<p style="text-align: justify;"><b> Oleh: Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M. Si</b></p><div class="entry-content" itemprop="articleBody" style="background-color: white; box-sizing: inherit; padding: 1.5em 0px 0px;"><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;">Salah satu pertanyaan penting dan sering muncul dari para peneliti dan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian adalah masalah triangulasi. Banyak yang masih belum memahami makna dan tujuan tiangulasi dalam penelitian, khususnya penelitian kualitatif. Karena kurangnya pemahaman itu, sering kali muncul persoalan tidak saja antara mahasiswa dan dosen dalam proses pembimbingan, tetapi juga antar dosen pada saat menguji skripsi, tesis, dan disertasi. Hal ini tidak akan terjadi jika masing-masing memiliki pemahaman yang cukup mengenai triangulasi. Umumnya pertanyaan berkisar apakah triangulasi perlu dalam penelitian dan jika perlu, bagaimana melakukannya. Berikut uraian ringkasnya yang disari dari berbagai sumber dan pengalaman penulis selama ini.</p><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.</span></p><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">Sebagaimana diketahui dalam penelitian kualitatif peneliti itu sendiri merupakan instrumen utamanya. Karena itu, kualitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan penelitian merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian, semakin peka memahami gejala atau fenomena yang diteliti. Namun demikian, sebagai manusia, seorang peneliti sulit terhindar dari bias atau subjektivitas. Karena itu, tugas peneliti mengurangi semaksimal mungkin bias yang terjadi agar diperoleh kebenaran utuh. Pada titik ini para penganut kaum positivis meragukan tingkat ke’ilmiah’an penelitan kualitatif. Malah ada yang secara ekstrim menganggap penelitian kualitatif tidak ilmiah.</span></p><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">Sejarahnya, triangulasi merupakan teknik yang dipakai untuk melakukan survei dari tanah daratan dan laut untuk menentukan satu titik tertentu dengan menggunakan beberapa cara yang berbeda. Ternyata teknik semacam ini terbukti mampu mengurangi bias dan kekurangan yang diakibatkan oleh pengukuran dengan satu metode atau cara saja. Pada masa 1950’an hingga 1960’an, metode tringulasi tersebut mulai dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas temuan penelitian dengan cara membandingkannya dengan berbagai pendekatan yang berbeda.</span></p><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">Karena menggunakan terminologi dan cara yang mirip dengan model paradigma positivistik (kuantitatif), seperti pengukuran dan validitas, triangulasi mengundang perdebatan cukup panjang di antara para ahli penelitian kualitatif sendiri. Alasannya, selain mirip dengan cara dan metode penelitian kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang berbeda, tetapi toh juga akan menghasilkan data yang berbeda-beda pula. Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, metode triangulasi semakin lazim dipakai dalam penelitian kualitatif karena terbukti mampu mengurangi bias dan meningkatkan kredibilitas penelitian.</span></p><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">Dalam berbagai karyanya, Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1) triangulasi metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori. Berikut penjelasannya.</span></p><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">1. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.</span></p><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.</span></p><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">3. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.</span></p><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">4. Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.</span></p><p style="box-sizing: inherit; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">Mengakhiri tulisan ini, saya ingin menyatakan bahwa triangulasi menjadi sangat penting dalam penelitian kualitatif, kendati pasti menambah waktu dan biaya seta tenaga. Tetapi harus diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding) atas fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh setiap peneliti kualitatif. Sebab, penelitian kualitatif lahir untuk menangkap arti (meaning) atau memahami gejala, peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau masalah tertentu mengenai peristiwa sosial dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya secara mendalam, dan bukan untuk menjelaskan (to explain) hubungan antar-variabel atau membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi dari suatu masalah tertentu. Kedalaman pemahaman akan diperoleh hanya jika data cukup kaya, dan berbagai perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus masalah secara komprehensif. Karena itu, memahami dan menjelaskan jelas merupakan dua wilayah yang jauh berbeda. Selamat mencoba!</span></p><p style="box-sizing: inherit; line-height: 1.93em; margin: 0px 0px 1.5em; text-align: justify;"><span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-family: "Roboto Light"; font-size: 12pt; letter-spacing: -0.003em;">Sumber: </span><span style="letter-spacing: -0.048px; text-align: left;"><span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.870588235294118); font-family: Roboto Light;">https://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html</span></span></p></div>adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-43887796817222941002022-01-16T21:30:00.003-08:002022-02-04T21:36:28.265-08:00Integrasi Empat Pilar UNESCO dalam Sistem Pendidikan Indonesia<p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;"><b>Oleh: Muhammad Aqshadigrama</b></span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, artinya tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan berdaya saing.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani rohani, mandiri. Serta tertanam kuat rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, disiplin, bermoral tinggi, demokratis, dan toleran yang mengutamakan persatuan dan bukan perpecahan.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa dan siap merefleksikan semua yang ditampakkan padanya.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">UNESCO adalah organisasi PBB yang bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan telah mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan, yang perlu dikembangkan oleh seluruh lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan formal. Empat pilar tersebut ialah: (1) learning to Know (belajar untuk mengetahui), (2) learning to do (belajar untuk terampil melakukan sesuatu), (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Dalam rangka merealisasikan learning to know, tenaga pendidik seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator yang dapat menuntun atau mengarahkan para peserta didik dalam memecahkan suatu masalahnya. Di samping itu, seorang tenaga pendidik dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan peserta didik dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Learning to do, akan bisa berjalan jika lembaga pendidikan memfasilitasi para peserta didik untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan individu kedepannya.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Learning to be erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang aktif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran tenaga pendidik sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri peserta didik secara maksimal.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Learning to live together, peserta didik sudah harus dibiasakan untuk hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima, perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses belajar untuk menjalani kehidupan bersama.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Penerapan keempat pilar ini dirasakan sangat penting dalam menghadapi era globalisasi dan era industri 4.0. Perlu pemupukkan sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama agar tidak menimbulkan berbagai pertentangan yang bersumber pada hal-hal tersebut.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Pendidikan yang diterapkan juga harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau kebutuhan dari daerah tempat dilangsungkan pendidikan. Sehingga unsur muatan lokal yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan daerah setempat.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Menyikapi kecenderungan merosotnya pencapaian hasil pendidikan selama ini, langkah antisipatif yang perlu ditempuh ialah mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, serta perbaikan manajemen di setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Dalam meningkatkan mutu pendidikan di setiap daerah, seyogyanya dikaji lebih dulu kondisi obyektif dari unsur-unsur yang terkait pada mutu pendidikan, pertama kondisi para tenaga pendidik. Kedua, mengenai kurikulum dan bahan belajar yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik. Ketiga, memperhatikan rujukan sumber belajar. Keempat, kondisi sarana pendukung dan prasarana belajar yang ada. Terakhir, menganai kondisi iklim belajar yang ada di setiap daerah.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Mutu pendidikan dapat juga ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan terhadap segala persoalan yang dihadapi. Pembenahan itu dapat berupa pembenahan terhadap kurikulum pendidikan, yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, demokratis, dan mandiri. Perlu diidentifikasi unsur-unsur yang ada di daerah yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi proses peningkatan mutu pendidikan, selain pemerintah daerah, misalnya kelompok pakar, paguyuban mahasiswa, LSM daerah, perguruan tinggi, dan sanggar belajar.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Dengan demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesionalitas serta sikap, kepribadian dan moral manusia Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat dunia dan di era globalisasi ini yang hampir semua sektor tergantikan oleh teknologi mesin.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;"></span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">*Penulis saat ini menjadi Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Tadulako, sekaligus sebagai mantan Wakil Ketua Umum Forum Anak Daerah Sulawesi Tengah periode 2016-2018. Prestasi Juara 3 Lomba Esai Simposium Gizi Nasional dan Juara 2 Lomba Penulisan Kebangsaan tingkat Nasional.</span></p><p class="entry-subtitle" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;">Sumber: https://radarjogja.jawapos.com/opini/2018/12/11/integrasi-empat-pilar-unesco-dalam-sistem-pendidikan-indonesia/</span></p>adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-41506163852158443062022-01-03T06:24:00.002-08:002022-01-07T06:28:37.826-08:00Romantisme Jean-Jacques Rousseau dalam Pendidikan Indonesia<p> <b style="text-align: justify;">Penulis: Ika Desi Budiarti</b></p>
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Jean-Jacques Rousseau lahir di Jenewa 28 Juni 1712. Beliau adalah tokoh
filosofi besar, penulis dan komposer pada abad pencerahan. Pemikirannya menjadi
dasar teori pendidikan modern. Sebagai seorang filsuf dan pendidik Jean-Jacques
Rousseau mengemukakan ide-ide yang berkaitan pendidikan yang dikenal dengan
paham romantis. Ide-ide tersebut di antaranya menyatakan bahwa tujuan dari
pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa; pendidikan harus
berlangsung dalam dunia nyata; dan kelulusan, persaingan, serta penilaian
menghambat perkembangan pribadi siswa.</p>
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Paham romantis mengungkapkan bahwa pada hakekatnya manusia terlahir
sebagai individu yang baik, jujur, dan penuh kasih. Jika ternyata mereka jahat,
tidak jujur, dan penuh kebencian, itu karena pendidikan dan lingkungan
masyarakat telah menyesatkan mereka. Tujuan utama pendidikan adalah untuk
membantu siswa tumbuh secara alami di bawah bimbingan yang baik. Pendidikan
bukannya mempersiapkan siswa dalam bidang perekonomian, politik, ataupun
sosial, akan tetapi lebih menekankan pada pertumbuhan pribadi siswa lengkap
dengan kebahagian dan kebebasan individualnya. Pendidikan mengembangkan potensi
yang dimiliki siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapakan Rousseau,
yaitu bahwa “pendidikan lebih mengembangkan kemampuan yang ada diri pada
individu itu sendiri tidak terhadap apa yang tidak ada bagian dari dirinya”.
Lebih lanjut diungkapkan pula bahwa “pendidikan bukanlah untuk bisnis, atau
mengajarkan berbagai ilmu-ilmu, tetapi untuk memberi rasa bagi siswa, melalui
metode pembelajaran yang membuatnya merasa lebih dewasa”.</p>
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Pelaksanaan pembelajaran menurut Rousseau akan bermakna jika merupakan
hasil dari pengalaman atau refleksi pengalaman pribadi secara langsung. Siswa
secara alami memiliki rasa ingin tahu dan akan berusaha untuk mencari tahu
jawabannya melalui bantuan campur tangan orang dewasa. Seorang guru harus
mendorong mereka untuk bertanya dan memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Lingkungan pendidikan tempat proses pembelajaran berlangsung adalah mencakup
siswa, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. Lingkungan geografis akan
mengarahkan siswa dalam perkembangan moral dan intelektual. Perkembangan
tersebut akan dimulai dari lokal tempat tinggal untuk mengetahui seperti apa
hidup ini. Contohnya seorang siswa harus berada diantara orang miskin sehingga
penderitaan dan keluhan akan membuatnya merasakan menderita dan ia akan belajar
dari pengalaman tersebut.</p>
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Berbicara mengenai kelulusan, persaingan, dan penilaian, menurut
Rousseau ini akan menghambat perkembangan pribadi individu. Tingkat kelulusan
siswa yang diukur berdasarkan standar-standar eksternal tidak menhormati
individualitas yang dikemukakan paham romatis. Penilaian yang diberikan guru
kepada siswa menunjukan seberapa banyak pengetahuan yang mereka miliki. Hal ini
mendorong siswa untuk mengukur diri dan membandingkan dengan siswa lain
daripada mengikuti keinginan sendiri. Penilaian hanya menunjukan bahwa
seseorang memuaskan dan memenuhi standar dibandingkan dengan yang lain, mereka
tidak mempelajari apa yang seharusnya dipelajari untuk mereka sendiri.</p>
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Sepintas paham romatis sama dengan paham konstruktivis. Akan
tetapi jika konstruktivisme menekankan
pada proses pembentukan pengetahuan secara individual yang tidak bisa diganggu gugat oleh pihak
luar, maka romatisme menekankan pada
esensi pendidikan sebagai sarana pertumbuhan siswa yang bahagia dan
memiliki kebebasan individual dalam memilih apapun. Teori yang dikemukakan oleh
paham romantis memberikan gambaran bagaimana seharusnya seorang guru membimbing
siswa yang pada dasarnya terlahir baik, dalam hal ini pendidikan diharapkan
mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa melalui cara yang
lebih leluasa tidak terikat oleh adanya aturan dan tentu saja dengan penuh
cinta sehingga siswa dapat tumbuh secara alami dengan bahagia. Romantisme
merupakan bentuk pendidikan yang sangat menghargai perbedaan individu.
Pendidikan berlangsung secara alami dari potensi yang dimiliki oleh siswa.
Paham romantis memberikan wawasan yang lebih luas bagi para guru sehingga dalam
proses pembelajaran guru dapat mengeksplorasi kemampuan siswa sesuai dengan
kebutuhan siswa. Siswa harus tumbuh bebas dan bahagia tanpa harus menjalani
penyangkalan dari siapapun.</p>
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Dilihat dari sudut pandang makro pandangan Rousseau memberikan
kontribusi bagi pendidikan Indonesia dalam hal kebebasan siswa untuk
memepelajari apa yang ingin dipelajarinya. Salah satu langkah nyata yang
diambil pemerintah yaitu dengan mendirikan berbagai sekolah menengah kejuruan.
Jadi siswa dapat memepelajari apa yang ingin dia pelajari walaupun masih harus
dibatasi aturan-aturan tertentu. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang
mikro pandangan Rousseau bahwa pendidikan harus berlangsung dalam dunia nyata
sejalan dengan paham konstruktivisme, bahawa pembelajaran akan bermakna jika
siswa mengalaminya sendiri. Konsep ini sudah banyak dikembangakan oleh tenaga
pendidik Indonesia. Guru kita sudah banya yang beralih dari pembalajaran metode
lama (ceramah) ke pembalajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam
prosesnya.</p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; text-align: left;">Dari ulasan diatas pandangan Rousseau tidak
dapat seluruhnya dikembangkan di Indonesia. Contohnya saja pendapatnya tentang
kelulusan dan penilaian. Sampai saat ini kita masih menganut sistem penilaian
yang terpusat (UN), walaupun dalam proses pendidikan sudah diberikan otonomi
kepada organisasi pendidikan terkecil untuk mengaturnya (KTSP).</span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; text-align: left;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; text-align: left;">Jika ditilik dan dipahami lebih dalam
pandangan Rousseau benar-benar relevan bagi pola pikir modern yang lebih
mementingkan kebebasan individual, sehingga tepat berkembang di dunia barat
yang tingkat individualitasnya sangat tinggi. Akan tetapi bagi kita yang hidup
di dunia timur, dengan tingkat toleransi dan hubungan kemasyarakatan yang
kental membuat pandangan ini tidak dapat berkembang secara optimal, dan
membutuhkan adaptasi di banyak hal. Adanya perbedaan adat istiadat, kebudayaan,
dan kebiasaan juga membuat pandangan Rousseau tidak dapat diadopsi secara utuh.
Untuk dapat mengadopsi paham romantis tentu saja kita mesti merubah secara
keseluruhan baik itu sistem pendidikan, yang mana untuk melakukan hal itu tentu
butuh waktu yang panjang dan tidak semua pihak dapat menerima begitu saja
terhadap adanya perubahan.</span></p>adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-32273950310892512322021-01-03T18:40:00.010-08:002021-12-10T19:29:48.562-08:00Review Artikel Jurnal dan Cara Melakukannya<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Pandemi Covid-19 membuat beberapa kampus mengeluarkan kebijakan penggantian
penelitian yang megharuskan terjun ke lapangan dengan penelitian dengan metode
studi literatur atau review jurnal. Bagi mahasiswa S2 dan S3 rasanya kegiatan
review jurnal terdengar tidak asing, namun bagi beberapa mahasiswa S1 kegiatan
review jurnal masih terasa asing. Terlebih memang tidak semua kampus atau dosen
memberikan tugas dalam bentuk review jurnal kepada mahasiswa S1. Pada beberapa
mahasiswa khususnya mahasiswa S1 masih bingung atau bahkan tidak mengerti
mengenai konsep dan cara melakukan review jurnal. Pengertian review jurnal
sendiri secara umum merupakan kegiatan memberi ulasan terhadap sebuah artikel
jurnal, merangkum dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan artikel
tersebut.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Agar lebih
jelas pada artikel kali ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai pengertian
review jurnal dan bagaimana cara melakukannya.</span></p><p class="MsoNormal"><b><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pengertian <i>Review</i> Jurnal<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Review</span></i><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> dalam bahasa
indonesia berarti tinjauan atau meninjau. <i>Review</i> juga dapat
berarti ulasan atau mengulas. Kegiatan <i>review</i> jurnal dapat
diartikan sebagai sebuah kegiatan menulis untuk memberikan ulasan/tinjauan pada
sebuah artikel jurnal agar diketahui kelebihan, kekurangan, dan kualitasnya.
Secara umum, review jurnal bertujuan untuk memberikan informasi, gambaran,
ide/gagasan tentang artikel jurnal yang telah dibuat.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Writting Bee menjelaskan
bahwa, review artikel merupakan teks yang memuat ringkasan penelitian tentang
topik tertentu. Dapat juga diartikan sebagai rangkuman sekaliguas evaluasi dari
tulisan orang lain. Kegiatan review jurnal bertujuan untuk memberikan pemahaman
yang lebih baik mengenai topik tertentu. Dengan adanya review dari sebuah
artikel diharapkan pembaca dapat terbantu dalam memahami topik tanpa membaca
seluruh isi buku.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Evaluasi logis dari tema
utama, argumen pendukung dan implikasinya terhadap dokumen asli adalah isi dari
sebuah review. Artikel hasil kegiatan <i>review</i>, tidak menyediakan
penelitian baru sebab <i>review</i> artikel merupakan rangkuman dari
dokumen asli. Namun, sebagai seorang yang me-<i>review</i>, kamu harus
mempunyai cara untuk menanggapi penelitian yang ditinjau/diulas. Dalam kegiatan
me-<i>review</i>, kamu akan mengevaluasi artikel lalu mengembangkan respon
terhadap teori dan ide/gagasan yang digunakan dalam artikel tersebut.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">The Australian International University</span></i><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;"> menyebut ulasan sebuah artikel dapat terbantu dengan
mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu:<o:p></o:p></span></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-indent: -18pt;"></p><ul style="text-align: left;"><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Tujuan: Apa yang dilakukan dalam artikel ini?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Teori: Apakah ada kerangka teori eksplisit? Jika tidak,
adakah asumsi teoretis yang penting?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Konsep: Apa konsep sentralnya? Apakah konsep tersebut
didefinisikan dengan jelas?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Argumen: Apa argumen utamanya? Apakah ada hipotesis
khusus?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Metode: Metode apa yang digunakan untuk menguji hipotesis
tersebut?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Bukti: Apakah buktinya disediakan? Seberapa memadai bukti
itu?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Nilai: Apakah posisi nilai jelas atau tersirat?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Sastra: Bagaimana karya ini cocok dengan literatur yang
lebih luas?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Kontribusi: Seberapa baik penelitian memajukan pengetahuan
kita tentang subjek?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">10.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Gaya: Seberapa jelas bahasa/gaya/ekspresi penulis?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">11.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Kesimpulan: Penilaian keseluruhan secara singkat</span></li></ul><p></p><p class="MsoNormal"><strong><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Cara Melakukan Review Jurnal</span></strong></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;"><span> </span><span> </span><span> </span>Untuk memulai kegiatan review jurnal, bacalah secara
sekilas artikel yang akan diulas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
organisasi sebuah artikel, baca beberapa kali lalu buatlah semacam catatan atau
komentar sepanjang proses pembacaan. Lebih lanjut, ada beberapa langkah yang
dapat diterapkan dalam mereview sebua artikel jurnal, yaitu:</span></p><p class="MsoNormal"><b><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;"><span id="1_Membaca_Naskah_Secara_Aktif" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; outline: 0px; text-rendering: optimizelegibility;">1.
Membaca Naskah Secara Aktif</span></span></b></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;"><span> </span><span> </span>Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam membaca
naskah, </span><em style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; line-height: inherit; outline: 0px; text-indent: 36pt; text-rendering: optimizelegibility;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; padding: 0cm;">Pertama</span></em><span style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;">, Jika
artikel hasil </span><em style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; line-height: inherit; outline: 0px; text-indent: 36pt; text-rendering: optimizelegibility;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; padding: 0cm;">review</span></em><span style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;"> yang
kamu lakukan akan diterbitkan di sebuah jurnal, pahami panduan gaya
publikasinya, periksa format dan pedoman gaya jurnal yang dituju tersebut. Hal
ini akan membantu kamu terkait bagaimana mengevaluasi dan menyusun ulasan.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Kedua</span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">, membaca artikel
untuk mengetahui organisasinya, lihatlah artikel jurnal yang akan di<em style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; line-height: inherit; outline: 0px; text-rendering: optimizelegibility;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; padding: 0cm;">review</span></em> dan ciba pahami logikanya. Bacalah judul,
abstrak, dan <em style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; line-height: inherit; outline: 0px; text-rendering: optimizelegibility;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; padding: 0cm;">heading,</span></em> untuk
mengetahui bagaimana susunan artikel. Lakukan <em style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; line-height: inherit; outline: 0px; text-rendering: optimizelegibility;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; padding: 0cm;">skimming</span></em> awal,
untuk mengidentifikasi pertanyaan atau permasalahan yang dibahas di dalam
artikel.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Ketiga</span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">, setelah selesai
membaca sekilas, bacalah artikel secara keseluruhan untuk membangun kesan
keseluruhan, identifikasi tesis artikel, argumen utama, dan garis bawahi di
posisi yang dinyatakan dalam pendahuluan dan kesimpulan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Keempat, </span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">teliti kembali
bagian artikel bagian demi bagian. Gunakan margin tepi naskah untuk menulis
catatan dan komentar. Ketika proses membaca secara mendalam, analisis
seberapa baik artikel tersebut menyelesaikan masalah utamanya. Jika perlu,
tanyakan kepada diri kamu sendiri mengenai isi artikel, misalnya “apakah
penelitian ini penting? Apakah penelitian ini memberikan kontribusi pada bidang
yang diteliti?”. Di tahap ini, berikan catatan terkait setiap inkonsistensi
terminologis, masalah organisasi, saltik, dan masalah format.</span></p><p class="MsoNormal"><b><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">2. Mengevaluasi Artikel</span></b></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;"><span> </span><span> </span><span> </span>Kiat mengevaluasi artikel yang </span><em style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; line-height: inherit; outline: 0px; text-indent: 36pt; text-rendering: optimizelegibility;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; padding: 0cm;">pertama</span></em><span style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;"> adalah
putuskan seberapa baik abstrak dan pengantar memetakan artikel. Tentukan
seberapa baik abstrak merangkum artikel, masalah yang dibahas, teknik, hasil
dan signifikansinya, pastikan pendahuluan memetakan struktur artikel, apakah
artikel itu menggunakan dasar yang jelas atau tidak. pendahuluan yang baik
memberikan kamu gagasan yang jelas mengenai apa yang diharapkan di
bagian selanjutnya. Bisa jadi menyatakan masalah dan hipotesis, jelaskan metode
penelitian secara singkat, lalu tentukan apakah percobaan membuktikan atau
membantah hipotesis penelitian.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Kedua</span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">, evaluasi
referensi/tinjauan pustaka yang digunakan di dalam artikel. Pastikan sumber
rujukan yang digunakan berwibawa, seberapa baik tinjauan pustaka meringkas
sumber, dan apakah sumber menempatkan artikel di bidang penelitian atau hanya
menyebutkan nama-nama terkenal.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; line-height: inherit; outline: 0px; text-align: left; text-indent: 36pt; text-rendering: optimizelegibility;"><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Ketiga</span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-align: left; text-indent: 36pt;">, periksa <span style="border: 1pt none windowtext; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">metode penelitian</span></span><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; padding: 0cm; text-align: left; text-indent: 36pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-align: left; text-indent: 36pt;">yang digunakan. Pastikan metode yang digunakan merupakan metode yang tepat
dan masuk akal untuk menyelesaikan masalah. Bandingkan dengan cara lain yang
mungkin dapat digunakan untuk melakukan percobaan atau menyusun penyelidikan,
catat setiap perbaikan yang dilakukan penulis.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Keempat</span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">, menilai bagaimana
artikel menyajikan data dan hasil. Tentukan apakah tabel, gambar, diagram, dan
alat bantu visual lainnya secara efektif mengatur informasi. Pastikan bagian
hasil dan diskusi data dengan jelas merangkum dan menginterpretasikan data.
Pastikan tabel dan gambar yang dicantumkan sesuai dan tidak berlebihan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Kelima</span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">, mengevaluasi bukti
dan analisis non-ilmiah. Khusus untuk artikel non-ilmiah, tentukan seberapa
baik artikel menyajikan bukti yang mendukung argumennya. Pastikan bukti yang
digunakan relevan dan secara meyakinkan menganalisis dan menafsirkan bukti.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Keenam,</span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;"> nilai gaya
tulisan. Gaya penulisan artikel haruslah singkat, padat, dan benar. Tanyakan
pertanyaan-pertanyaan berikut sebagai upaya mengevaluasi gaya penulisan kamu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoListParagraph" style="mso-list: l0 level1 lfo2; text-indent: -18pt;"></p><ul style="text-align: left;"><li><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Apakah bahasanya jelas dan tidak ambigu, atau apakah jargon yang berlebihan
mengganggu kemampuannya untuk membuat argumen?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Apakah ada tulisan yang terlalu bertele-tele? Bisakah ada ide yang
dinyatakan dengan cara yang lebih sederhana?<o:p></o:p></span></li><li><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">Apakah tata bahasa, tanda baca, dan terminologi yang digunakan sudah benar?</span></li></ul><!--[if !supportLists]--><p></p><p class="MsoNormal"><b><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;"><span id="3_Menulis_Ulasan" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; outline: 0px; text-rendering: optimizelegibility;">3. Menulis Ulasan</span></span></b></p><p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;"><span> </span><span> </span><span> </span>Tulislah ulasan </span><span style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;">kamu</span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;"> dengan tahapan
berikut:</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Pertama</span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">, garis besar ulasan
kamu. Ambil kembali catatan dalam evaluasi bagian demi bagian. Buatlah semacam
tesis, </span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">lalu
</span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">uraikan bagaimana kamu be</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">r</span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">maksud mendukung tesis dalam tubuh ulasan kamu. Ungkapkan contoh spesifik
yang merujuk pada kekuatan dan kelemahan yang ada dalam catatan evaluasi kamu.
Tesis dan bukti haruslah konstruktif dan bijaksana. Tunjukkan kekuatan maupun
kelemaha</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">n</span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">, dan usulkan solusi alternatif lain alih-alih hanya berfokus pada
kelemahan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Kedua</span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">, tu</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">l</span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">is draft pertama ulasan kamu. Setelah melakukan tahap pertama selanjutnya
tulis ulasan kamu. Tulislah ulasan berdasarkan pedoman publikasi kamu, jika
belum ada biasanya bisa ditulis dengan mengikuti panduan umum: pendahuluan
merangkum artikel dan menyatakan tesis, bandan memberikan contoh spesifik dari teks
yang mendukung tesis kamu, dan kesimpulan yang merangkum ulasan kamu dengan
menyatakan kembali tesis dan menawarkan saran untuk penelitian selanjutnya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><em><span lang="IN" style="border: 1pt none windowtext; color: #333333; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN; mso-border-alt: none windowtext 0cm; padding: 0cm;">Ketiga</span></em><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;">, perbaiki draft
ulasan kamu sebelum mengirimkannya. Sebelum mengirimkan naskah ulasan periksa kembali
naskah ulasan artikel kamu. Pastikan tidak ada kesalahan pengetikan, tata
bahasa, dan tanda baca. Baca kembali ulasan kamu dan posisikan kamu sebagai
orang lain yang sedang membaca. Nilailah sendiri, naskah ulasan kamu, apaka</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">h</span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt; mso-ansi-language: IN;"> kritiknya adil dan seimbang? Pastikan tulisanmu logis, ringkas, dan jelas.
Hindari penulisan yang bertele—tele, jika perlu minta teman untuk membaca
naskah ulasan artikel kamu dan memberi penilaian.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua", "serif"; font-size: 11pt; text-align: left;">Sekian artikel mengenai review artikel jurnal dan cara
melakukannya. Artikel ini merangkum dari beberapa sumber, baik internet maupun
buku. Semoga dapat menambah wawasan dan manfaat!</span></p><span style="font-size: 14.6667px; text-align: left; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; text-align: justify;">Sumber Artikel: </span>https://ranahresearch.com/ranah-research-pengertian-review-jurnal/</span></span>adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-42690933998727745502020-10-30T00:59:00.004-07:002020-11-02T23:51:07.146-08:00Ngaji Filsafat 2: 3 Pilar Penyangga Filsafat Ilmu<p style="text-align: justify;">Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari
filsafat pengetahuan yang secara spisifik mengkaji hakikat ilmu. Ilmu merupakan
cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara
metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial,
namun karena permasalahan- permasalahan teknis yang bersifat khas, maka
filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu- ilmu alam
dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan
masing- masing bidang yang ditelaah, yaitu ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial
dan tidak mencirikan cabang filsafat yang otonom. Ilmu memang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan secara filsafat,
namun tidak terdapat perbedaan yang
prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, meskipun keduanya
mempunyai ciri-ciri yang sama.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="color: black; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Filsafat ilmu memberikan spirit bagi
perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung
pada setiap ilmu, baik pada tatanan ontologis, epistimologis, maupun aksiologis.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="color: black; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><o:p> </o:p></span></p>adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-31966997031702559962020-10-27T00:57:00.006-07:002020-11-02T23:51:29.634-08:00Ngaji Filsafat 1: Hakikat dan Kedudukan Filsafat Ilmu<p style="text-align: justify;">Pada dasarnya filsafat ilmu bertugas member landasan
filosofi untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu,
sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif,
fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu
masing-masing agar dapat menampilkan teori substantif. Selanjutnya, secara
teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat
mengoperasionalkan pengembangan konsep tesis dan teori ilmiah dari disiplin
ilmu masing-masing. Sedangkan kajian yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah
meliputi hakikat (esensi) pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih memberikan
perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti ontologi
ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="color: black; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Pokok bahasan dalam filsafat ilmu adalah sejarah
perkembangan ilmu dan teknologi, hakikat dan sumber pengetahuan serta kriteria
kebenaran. Di samping itu, filsafat ilmu juga membahas persoalan obyek, metode
dan tujuan ilmu yang tidak kalah pentingnya adalah sarana ilmiah. Masyarakat
modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih
untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (<i>akhlaq</i>)
yang mulia.</span></p>adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-14677728598576684822020-10-03T10:45:00.003-07:002020-10-18T21:06:22.369-07:00RPS Filsafat Umum FEBI UIN Ar-Raniry (KKNI-Daring)<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 120%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Mata
kuliah Filsafat Umum ini memuat materi ajar yang mencakup arti dan lingkup
filsafat, sebab-sebab lahirnya filsafat, perkembangan pemikiran filsafat sejak
zaman Yunani Kuno sampai zaman modern, cabang-cabang dan aliran-aliran
filsafat, ciri dan karakteristik setiap aliran filsafat beserta tokoh-tokohnya,
juga memuat ajaran-ajaran pokok dari para filsuf dan beragam aliran
kefilsafatan. Secara umum matakuliah ini mengajak mahasiswa untuk memahami
filsafat yang tidak dalam kecurigaan superior antara filsafat, agama dan Ilmu.
Dengan demikian pemahaman komplementer-sirkuler perlu ditekankan. Mahasiswa
diajak untuk berpikir secara rasional dengan bingkai pemikiran filsafat.
Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Filsafat Umum dibuat dan dilaksanakan
dengan tujuan untuk menjamin agar supaya kompetensi yang bermutu dapat
tercapai. Untuk mencapai kompetensi tersebut maka dibuatlah silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 120%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><b><a href="https://doi.org/10.31219/osf.io/z2y57" target="_blank">DOWNLOAD RPS</a></b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 120%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><b><a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=1GwrCuevqfRD1PXcvrE2QGJ93TSFIMh56" target="_blank">DOWNLOAD PEMBAGIAN MATERI MAKALAH KELOMPOK</a></b></span></p>adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-15432031131599085602020-10-03T10:21:00.001-07:002020-10-18T21:09:01.618-07:00RPS Filsafat Ilmu FTK UIN Ar-Raniry (KKNI-Daring)<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt;">Filsafat Ilmu merupakan bagian dari filsafat
khusus yang mengkaji mengenai satu dari bidang kehidupan manusia, yaitu ilmu.
Ilmu yang dimaksud adalah pengetahuan ilmiah, bukan saja ilmu pengetahuan alam,
tetapi juga ilmu pengetahuan sosial. Filsafat ilmu mempertanyakan mengenai
hakikat ilmu. Dalam perkuliahan ini mahasiswa, dalam lingkup yang sangat luas
(ekstensif) dan sangat dalam (intensif), diberi kesempatan dan pelayanan untuk
membangun pemahaman dan teori tentang filsafat ilmu melalui berbagai kegiatan
meliputi: kegiatan ekspositori, diskusi, dan penugasan dosen agar dapat
mengembangkan tesis-tesis pengembangan ilmu, mengembangkan anti tesis pengembangan
ilmu, melakukan sintesis-sintesis untuk menghasilkan tesis-tesis baru
pengembangan ilmu, dan membangun struktur ontologi, epistemologi dan aksiologi
filsafat ilmu pada umumnya, khususnya filsafat ilmu tentang pendidikan. Semua
kegiatan tersebut dilakukan dan dikembangkan dalam kerangka pemahaman dan
pengembangan jati diri manusia beserta ilmunya secara hermeneutikal, serta
dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan kompetensi
keilmuan sesuai dengan tuntutan kebutuhan Program Studi-nya masing-masing.</span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt;"> </span><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt;">Dalam konteks UIN Ar-Raniry, filsafat ilmu diharapkan
membantu mahasiswa mengetahui posisi keilmuannya, kemudian mengkonstruk
keilmuannya berdasarkan cabang ontologi, epistemologi, dan aksiologi.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt;"><b><a href="https://doi.org/10.31219/osf.io/dynfz" target="_blank">DOWNLOAD RPS</a></b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: Book Antiqua, serif; font-size: 14.6667px;"><b><a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=1rW6v--40Lfj-0Uo7wQ2-korWPLytj_O4" target="_blank">DOWNLOAD PEMBAGIAN MATERI MAKALAH KELOMPOK</a></b></span></p>adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-58308679586856672582020-04-25T05:36:00.000-07:002020-04-27T08:36:44.713-07:00Tiga Faktor Pengurang Nilai Puasa <div>
<b><i>Oleh: Syaikhuna Tabrani ZA Al-Asyhi</i></b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>Assalamualaikum Wr. Wb.</i></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Saudaraku, </div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits sahih, Rasulullah SAW menyatakan, banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak menghasilkan apa pun dari puasanya, selain lapar dan haus. (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Hadis ini mengisyaratkan secara tegas bahwa hakikat shaum (puasa) itu, sesungguhnya, bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga. Akan tetapi, puasa adalah menahan diri dari ucapan dan perbuatan kotor yang merusak dan tidak bermanfaat. Termasuk juga kemampuan untuk mengendalikan diri terhadap cercaan dan makian orang lain. Itulah sebagian dari pesan Rasulullah SAW terhadap kaum Muslimin yang ingin puasanya diterima Allah SWT.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Pada umumnya, orang yang berpuasa mampu menahan diri dari makan dan minum, dari terbit fajar sampai terbenam matahari, sehingga puasanya sah secara hukum syariah. Akan tetapi, banyak yang tidak mampu (mungkin juga kita) mengendalikan diri dari hal-hal yang mereduksi, bahkan merusak pahala puasa yang kita lakukan.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Pertama, </i>ghibah, menyebarkan keburukan orang lain, tanpa bermaksud untuk memperbaikinya. Hanya agar orang lain tahu bahwa seseorang itu memiliki aib dan keburukan yang disebarkan di televisi dan ditulis dalam surat kabar dan majalah, lalu semua orang mengetahuinya. Penyebar keburukan orang lain pahalanya akan mereduksi sekalipun ia melaksanakan puasa, bahkan mungkin hilang akibat perbuatan ghibah yang dilakukannya.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Kedua, </i>memiliki pikiran-pikiran buruk dan jahat, dan berusaha melakukannya, seperti ingin memanfaatkan jabatan dan kedudukan untuk memperkaya diri, terus-menerus melakukan korupsi, mengurangi takaran dan timbangan, mempersulit orang lain, dan melakukan suap-menyuap. Jika hal itu semua dilakukan, perbuatan tersebut pun dapat mereduksi pahala puasa, bahkan juga dapat menghilangkan pahala serta nilai-nilai puasa itu sendiri.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Ketiga, </i>sama sekali tidak memilik empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain yang sedang mengalami kelaparan atau penderitaan, miskin, dan tidak memiliki apa-apa. Orang yang berpuasa, akan tetapi tetap berlaku kikir dan bakhil, nilai puasanya akan direduksi atau dihilangkan oleh Allah SWT.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, marilah kita berpuasa dengan benar, baik secara lahiriah (tidak makan dan minum) maupun memuasakan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang buruk. Latihlah pikiran dan hati kita untuk selalu lurus dan jernih, disertai dengan kepekaan sosial yang semakin tinggi. Berusahalah membantu orang-orang yang sedang mengalami kesulitan hidup. <i>Wallahu a'lam bish-shawab.</i></div>
</div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-31188505424333078322020-02-10T08:44:00.000-08:002020-02-19T08:48:03.505-08:00Silabus Metodologi Studi Islam UIN Ar-Raniry<div style="text-align: justify;">
Metodologi Studi Islam merupakan mata kuliah yang signifikan bagi pengembangan wawasan dan skill mahasiswa dalam konteks metodologis. Dalam mata kuliah ini diberikan penekanan (stressing) mengenai urgensi, potensi, dan peranan Islam sebagai suatu sistem kehidupan dan berbagai dimensi pendekatan dalam studi Islam serta aspek-aspek pemikiran Islam secara integral. Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dan wawasan mengenai urgensi studi Islam dan berbagai permasalahannya, kedudukan dan fungsi agama dalam kehidupan, dan pengkajian Islam dalam berbagai dimensi dan aspeknya secara optimal.
</div>
<br />
<div style="text-align: right;">
<a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=1fVAKzZAuyGBqS7Hp1LI657K9L0R1q1yg"><button style="background-color: darkgreen; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download Silabus MK MSI UINAR</button></a><a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=1hSoeBnJn-NAJ8derNiBKZ3pVJaR2ulZQ"><button style="background-color: darkblue; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download Template Makalah UINAR</button></a></div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-27734530809827448032020-02-10T08:37:00.000-08:002020-03-09T10:51:19.583-07:00Silabus Filsafat Umum FTK UIN Ar-Raniry<div style="text-align: justify;">
Mata kuliah ini memuat materi ajar yang mencakup arti dan lingkup filsafat, sebab-sebab lahirnya filsafat, perkembangan pemikiran filsafat sejak zaman Yunani Kuno sampai zaman modern, cabang-cabang dan aliran-aliran filsafat, ciri dan karakteristik setiap aliran filsafat beserta tokoh-tokohnya, juga memuat ajaran-ajaran pokok dari para filsuf dan beragam aliran kefilsafatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<a href="https://doi.org/10.31219/osf.io/qmkbj" target="_blank"><button style="background-color: darkgreen; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download Silabus Filsafat Umum FTK UINAR</button></a><a href="https://doi.org/10.31219/osf.io/8nfgb" target="_blank"><button style="background-color: darkred; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download RPS Filsafat Umum FTK UINAR</button></a><a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=1hSoeBnJn-NAJ8derNiBKZ3pVJaR2ulZQ"><button style="background-color: darkblue; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download Template Tugas Makalah UINAR</button></a></div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-33463069408077483452020-01-27T23:34:00.001-08:002020-03-09T10:30:11.518-07:00Historisitas: Sebuah Upaya Menghadapi Progresivitas Kehidupan<b style="text-align: justify;"><span style="color: black;">By: Tabrani. ZA</span></b><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">Sejak awal turunnya, Islam bukanlah agama yang diturunkan dalam ruang</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">hampa. Ia diturunkan di wilayah yang sarat budaya, Arab.
Dalam perjalanan</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">sejarah selanjutnya, Islam juga
senantiasa terlibat langsung pada pergumulan;</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">selalu berdialog dengan dinamika kehidupan masyarakatnya. Karenanya dalam</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">sejarah tradisi pemikiran Islam selalu diwarnai oleh
berbagai usaha pembaruan</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">(<i>reneval</i>) dan
penyegaran <i>(refreshment</i>) secara terus menerus. Hal ini karena</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">persoalan ruang (<i>space</i>) dan waktu (<i>time)</i>
hingga muncul keragaman kognisi,</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">aktualisasi dan praksis sosial
adalah sebagai konsekuensi ketika Islam telah</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">mengalami proses dialogis dengan masyarakat yang menjadi <i>setting</i>nya.</span><span style="color: black;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">Logika</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">dan pemahaman agama, menurut Amin
Abdullah, memerlukan sebuah <i>continuous</i></span><i><span lang="IN" style="color: black;"> </span></i><i><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">process</span></i><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">
untuk menjawab realitas perkembangan sejarah yang berbeda-beda agar</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">nilai-nilai agama dapat mendorong perkembangan proses dan
memperkaya</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">konsep pembentukan peradaban manusia.
Hal ini menyebabkan perkembangan</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">dan ekspresi keberagamaan pada
masyarakat bersifat plural dan distingtif yang</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">berbeda satu sama lain. Dalam artian ketika Islam normatif memasuki wilayah</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">konteks sosio historis/kesejarahan manusia, maka satu dan
lainnya beragam</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">ekspresinya. Maka tidak mengherankan
jika wajah Islam di Timur Tengah tentu</span><span lang="IN" style="color: black;">
</span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">saja akan beda
dengan wajah Islam Indonesia, dan juga karakteristik Islam abad</span><span lang="IN" style="color: black;"> </span><span lang="IN" style="color: black; mso-ansi-language: IN;">pertengahan tentu juga beda dengan abad kemodernan.</span><span style="color: black;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<b><a href="https://doi.org/10.31219/osf.io/wdyp9" target="_blank">BACA SELENGKAPNYA DI SINI</a></b>adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-4307918347241564482020-01-13T23:28:00.000-08:002020-03-09T10:22:44.233-07:00Normativitas: Sebuah Upaya Menjaga Autensitas<b style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">By: Tabrani. ZA</span></b><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 130%;">Islam telah dibakukan secara
sempurna, sehingga autensitasnya terus terjamin ditengah progresivitas ruang
dan waktu. Pembakuan ini meliputi; 1). mendokumentasikan secara autentik sumber
norma tertinggi, al-Qur’an; 2). memberikan penjelasan operasionalnya dalam
kehidupan, 3). memberikan cara untuk mengembangkan norma Islam secara terpadu
dalam kehidupan sepanjang sejarah manusia melalui proses ijtihad. Dengan
langkah inilah Islam akan tetap otentik, plus dinamis dalam mengarungi sejarah
kehidupan. Kedua langkah pertama diperlukan untuk menjaga autensitas Islam,
sementara alangkah ketiga diperlukan agar Islam terus berjalan, tumbuh dan
berkembang dinamis searah perkembangan kemanusiaan (Muhaimin, 2012:77-78).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 130%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 130%;">Keberagamaan Islam mengandung
aspek normativitas wahyu dan historisitas manusia. Namun kajian Islam ortodoks
baik fiqih, teologi, tafsir, dan tasawuh hanya menggunakan pendekatan
normativitas dan tanpa melibatkan pendekatan dan wawasan historisitas yang
melihat gejala keagamaan karena dikhawatirkan menggeser dimensi normativitas
yang sering dipegang oleh pemegang ajaran ortodoks sebagai <i>mainstream </i>pemikiran
keagamaan. Kekhawatirannya terletak pada Islam akan ternoda dan terdesakralisasi
oleh perilaku historis manusia sehingga dapat mengurangi keterikatan manusia
dengan Islam. Namun kekhawatiran ini justru membuktikan <i>overlapping</i>,
tumpang tindih, dan jumbuhnya antara normativitas dan historisitas, padahal
walaupun keduanya tidak berbeda tetapi sangat mampu untuk dibedakan. Karena itu
kajian Islam cenderung menjauhkan diri dari sikap ilmiah yang intelek, kritis
dan obyektif, namun justru lekat dengan apologi yang subyektif berdasarkan
pendekatan skripturalis/tekstual (Abdullah, 2003:23-24). Supaya Islam tetap
pada asasnya yang autentik dan konsisten, maka al-Qur’an dan sunnah dijabarkan
ke dalam ilmu-ilmu agama seperti tafsir, fiqih dan lainnya. <i> </i></span><br />
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 130%;"><i><br /></i></span></div>
<b><a href="https://doi.org/10.31219/osf.io/kgacw" target="_blank">BACA SELENGKAPNYA DI SINI</a></b>adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-71983650160159864552019-12-16T21:57:00.000-08:002020-03-01T23:33:34.863-08:00Normativitas dan Historisitas: Ketegangan yang Akan Selalu Ada<div style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 120%;">By. Tabrani. ZA</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">Secara
normatif, Islam itu absolut, sakral dan universal yang kebenarannya
trans-historis melewati batas ruang dan zaman, sehingga dalam wilayah ini ia tunggal.
Ketunggalan Islam terwakili oleh al-Qur’an - walaupun Islam telah ekspansif
dalam area multi-bahasa dan menyejarah dalam multi era - tetapi sumber norma
itu tidak pernah mengalami distorsi. Sebagaimana ungkapan Muhammad Iqbal “<i>the
prophet of Islam seems to stand between the ancient and the modern world. In so
far as the source of his revelation in concerned he belong to the ancient
world, in fo far as the spirit of his reveleation is concerned he belongs to
the world</i>” (Nabi Muhammad, rupanya berdiri diantara dunia purba dan dunia
modern, sejauh mengenai sumber masa wahyu, maka dia miliki dunia purba, sejauh
dengan spirit dan jiwa wahyunya, maka dia adalah milik dunia modern, kapan saja
tidak pernah usang (Iqbal, 1981: 126). </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">Al-Qur’an
merupakan sumber norma yang mengatur kehidupan manusia dalam hubungan vertikal
dengan Tuhan maupun hubungan horisontal sesama manusia. Ia memuat nilai-nilai
kemanusiaan yang universal yang diberlakukan kepada semua manusia pada tingkat
yang sama. Dalam khazanah pemikiran Islam alQur’an telah melahirkan sederetan
teks turunan dengan berbagai versi, sifat, dan pendekatannya yang sedemikian
luas dan mengagumkan. Teks-teks turunan itu merupakan teks kedua – bila
al-Qur’an dipandang sebagai teks pertama- yang mengungkapkan dan menjelaskan
makna-makna, norma, simbolisasi dan substansi yang terkandung dalam al-Qur’an
dengan kecenderungan dan karakteristik, visi, misi dan orientasi, perspektif
dan teori yang berbeda-beda (Gusnian, 2003:17).<span style="mso-spacerun: yes;">
</span></span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;">Namun ketika Islam normatif ditransformasikan dalam ranah
empirik dan historisitas manusia, maka kebenarannya menjadi profan, temporer,
terikat ruang waktu, karenanya pada level ini, Islam menjadi dinamis, relatif,
dan plural. Hal ini terjadi karena meskipun teks al-Qur’an diyakini seakan-akan
sebagai penjelmaan dan kehadiran Tuhan, namun begitu memasuki wilayah sejarah,
firman Tuhan tadi terkena batasan – batasan kultural yang berlaku pada dunia
manusia. Pada periode awal pembumian al-Qur’an ketika hegemoni Muhammad SAW
yang memiliki hak otoritatif sebagai penafsir tunggal masih ada, maka
homogenitas makna terhadap alQur’an masih relatif dapat dipertahankan (Hidayat,
1996:9). Tetapi ketika Islam telah mengalami perkembangan secara geografis dan
zaman, wajah Islam menjadi semakin beragam dan heterogen. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">Timbulnya
perbedaan adalah karena manusia yang imanen hanya berusaha mendekati kebenaran
al-Qur’an dengan otoritasnya masing-masing hingga parameter kebenaran pun
berbeda-beda. Implikasinya, setiap usaha manusia memahami teks selalu dilakukan
dengan sebuah model yang menjadi kaca mata dan juga <i>presuppositional stand
point</i>; pandangan yang dipegang sebelumnya; Prapaham-prapaham yang akan
berpengaruh besar pada setiap usaha memahami teks al-Qur’an. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;">Prapaham yang menginternalisasi dalam dirinya ini adalah
buah hubungan interaktif dirinya dengan masyarakat, pengalaman dan <i>life-setting</i>nya
dan ini membentuk visi dan persepsinya tentang bagaimana dunia ini telah dan
seharusnya<i> </i>ditata dan juga mengembangkan kesan dan penilaian-penilaian
tertentu atas teks. Al-Qur’an sebagai objek dan manusia sebagai subjek akan
selalu berinteraksi ketika pemahaman atasnya itu mau dihasilkan, karenanya akan
selalu ada segi subjektivitasnya, maka substansi pemahaman agama pada level ini
adalah penafsiran (Hidayat, 1996:53). Oleh karenanya dalam konteks pemahaman
terhadap normativitas Islam, selalu muncul polemik yang dibangun oleh adanya
siklus tesa-antitesa dan sintesa dan seterusnya yang membuat historisitas
pemahaman dan penafsiran terhadap Islam semakin beragam (Haryono, 2005:76).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">Bahasa
al-Qur’an memang cenderung bersifat simbolik dan cakupan temanya juga bersifat
multi-dimensional sehingga memberi kemungkinan penafsiran yang berbeda-beda
yang pada dasarnya merupakan spektrum konvergen karena ditentukan oleh berbagai
variabel menurut tingkat pemahaman praksis dan intelektual penafsir. Jadi pesan
wahyu terbuka lebar bagi manusia untuk diinterpretasikan sesuai atas kondisi
intelektual masyarakat, perkembangan bahasa, budaya dan zaman.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;">Islam dalam level historis memang tidak akan selalu
tunggal, ia tidak akan statis, akan selalu ada paradigma baru yang mengadaptasi
dimensi ruang waktu serta lokalitas seiring berjalannya sejarah. Pemahaman
keberagamaan dalam historisitas Islam berkembang terus tanpa henti.
Perkembangan itu sendiri - menurut Almakin - kompleks karena menyangkut begitu
banyak variabel. Hal ini bukanlah hal yang sederhana, karena setiap zaman
menghasilkan historisitas, penemuan, wacana dan pemahaman terhadap teks
normatif yang berbeda dengan zaman lainnya. Setiap ruang dan waktu menghasilkan
wacana, warna, gerakan, pembaharuan tersendiri yang setiap titik tekan
mengkritiki pemahaman sebelumnya sambil menelorkan teori baru (Mustaqim,
2002:30). Logika dan pemahaman agama, menurut Amin Abdullah, memerlukan sebuah <i>continuous
process</i> untuk menjawab realitas perkembangan sejarah yang berbeda-beda agar
nilai-nilai agama dapat mendorong perkembangan proses dan memperkaya konsep
pembentukan peradaban manusia. Sekali lagi, heterogenitas pemahaman terhadap
Islam terjadi sebagai proses dialektika antara teks yang sakral, konteks, dan
rasionalitas manusia yang profan. Posisi diametral antara teks dan konteks
itulah - jika dicermati dalam sejarah pemikiran Islam- selalu memunculkan
ketegangan kreatif antara gerakan pemahaman normatif di satu sisi, dan gerakan
pemahaman historis-liberal di</span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;"> </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;">sisi lain. Imbas kedua pendekatan ini sangat kuat dalam pemahaman teologi,
hukum, pemikiran politik serta bidang lainnya.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;">Dengan istilah yang sedikit berbeda, Amin Abdullah (2004)
menyatakan bahwa pendekatan dan pemahaman terhadap fenomena keberagamaan yang
bercorak teologis normatif – tekstual dan kritis-historis tidak selamanya akur
dan irama hubungan antara keduanya seringkali diwarnai dengan tension dan
ketegangan baik yang bersifat konstruktif maupun destruktif. Kelompok
normatif-tekstual acap menuduh bahwa pemahaman kelompok konteksrual adalah
pemahaman agama yang bersifat reduksionis sedangkan kontekstual mengklaim
pendekatan normatif itu mengabsolutkan teks yang tertulis tanpa berusaha
memahami latar</span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;"> </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;">belakang teks keagamaan
yang bersifat kultural psikologis maupun sosiologis. Karena itulah menurut
Amin, problema paling serius umat Islam yang sulit ditemukan solusinya adalah
bagaimana mengaitkan nilai-nilai normativitas yang fundamental yang absolut
dengan historisitas dan konteks kesejarahan kehidupan manusia yang selalu
mengalami perubahan peradaban. </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">Sesungguhnya
walaupun seringkali terjadi proses pencampuran yang kental dan pekat antara
dimensi historisitas manusia yang dinamis dan normativitas wahyu yang universal
dan kompatibel (<i>shalihun li kulli zaman wa makan</i>), namun menurut Amin
Abdullah, keduanya bisa dibedakan namun sama sekali tidak bisa dipisahkan.
Masing-masing tidak mungkin teralienasi dari yang lain, berkelindan, <i>blended</i>,
dan interdependensi. Keduanya otomatis selalu terhubung secara dialektis, tanpa
berhenti pada satu sisi saja, keduanya <i>flowing</i> (mengalir) dan <i>fluid</i>
(cair berubah) tetapi tidak macet pada satu sisi saja. Jika tidak demikian akad
terjadi proses – di samping proses dominasi dan hegemonik yang satu atas yang
lain, yang saling menafikan sisi historisitas manusia atau sebaliknya – maka
akan meng’abaikan normativitas yang harusnya dihayati para pemeluk agama
(Abdullah, 2004). Hal ini secara ontologis, menurut Arkoun, memahami Islam
dapat menggunakan analogi koin atau kepingan mata uang logam yang pasti
memiliki dua sisi permukaan. Tidak ada dan mungkin ada sebuah koin yang hanya
memiliki satu permukaan, demikian juga Islam, tidak mungkin memilih satu di
antara dua sisi, normativitas dan historisitas. Normativitas menjadi sebuah
kenis</span><span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">ca</span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">yaan untuk
menjaga keajegan/</span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;"> </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">autensitas agar tidak mengalami distorsi
ataupun deviasi, sedang historisitas menjaga eksistensi agama agar tetap
kompatibel, akseptable dan berfungsi dalam kehidupan manusia. </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;">Pendekatan normatif berangkat dari keyakinan bahwa Islam
itu agama wahyu yang kebenarannya bersifat mutlak dan universal karenanya tidak
mungkin mengambil kesimpulan yang bertentangan dengan teks wahyu. Jadi
kesimpulan yang diambil bukanlah berdasar pendekatan fakta melainkan berdasar
keyakinan teologis bahwa kebenaran adalah sejauh mana fakta sesuai dengan
wahyu. Dengan demikian realitas harus tunduk dan menjadi sub-ordinasi di bawah
otoritas teks – teks agama (Mahmud, 2005:8). Sebaliknya pendekatan kedua,
historis, berasumsi bahwa setiap agama selalu lahir dalam konteks yang
menyejarah. Karena jika tanpa konteks yang menyejarah, maka agama menjadi <i>absurd</i>
dan tak memiliki makna apa-apa. Agar agama memiliki signifikansi, hal ini
mensyaratkan adanya proses dialektika dengan realitas empiris masyarakat karena
dengan ini agama dipercaya dapat mengubah realitas di luar dirinya dan pada
saat yang sama realitas luar itu berpengaruh terhadap agama. Bagi pendekatan
ini, praktik agama tidak harus melalui huruf per huruf dari firman Tuhan
melainkan cukup menangkap spirit universal agama. Agama bukanlah entitas yang
mengatasi sejarah, namun mengandung status <i>spatio temporal</i> yang terbatas
ruang dan waktu. Agama bukanlah produk Tuhan seratus persen, namun ada intervensi
sejarah, karena wahyu bukan turun di ruang hampa kebudayaan, namun justru
berkelindan dengan historisitas manusia.</span><span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 125%;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">Jika dianalogikan Islam laksana
bola salju (<i>snow ball</i>). Semakin lama semakin banyak pemeluknya, maka
wajah keberagamaan semakin plural dan multi wajah, beraneka dan semakin
warna-warni baik, secara sinkronik dan diakronik. Dari sini muncul pertanyaan
krusial, jika kalau begitu apakah mungkin mempertahankan autensitas Islam.
Manakah Islam yang autentik, Arabkah, Indonesiakah, atau bahkan Eropakah?
Periode salaf dulu, atau justru sekarang, atau yang manakah?. Ini adalah
persoalan paradigma, lebih urgen manakah antara teks/skriptural – legal formal
dengan nilai-nilai substansial, manakah diantara keduanya yang lebih autentik?
Memang agak problematis-dilematis. Jika autensitas diserahkan pada legal formal
teks, maka ia suatu saat mungkin dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak semua
ketentuan legal formal itu kompatibel dengan kondisi umat. Karena itu
autensitas harus berhadapan dengan fungsionalitas dan juga progresivitas.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">Dalam proses ini sering terjadi
ketegangan ketika pengalaman keberagaam mulai berubah muatan dan
kompleksitasnya - bukan essensinya – lantaran perkembangan ilmu, teknologi dan
lainnya yang semuanya memperluas dan mengambangkan cakrawala pengalaman
pemikiran manusia. Pendukung pemikiran normatif sangat khawatir jika pemaknaan
kembali tersebut menyimpang dari sejarah intelektual lama yang sudah mapan,
diajarkan, didokumentasikankan, dan bahkan dipedomani. Pengusung normativitas
kadang lupa bahwa khazanah intelektual lama yang dianggap autentik dan sakral,
sejatinya juga merupakan produk dan respon pergumulan intelektual mereka dengan
sejarah zamannya. Jika produk pemikiran lama tidak dapat menerima perubahan,
maka ini akan membuat wilayah Islam menjadi tertutup (<i>closed world view</i>)
lantaran kebenaran pada wilayah metafisik – etik dan normatif kerap kali tidak
peduli, tidak berminat, dan tidak mempertimbangkan sama sekali dimensi lain
yaitu kesejarahan/historisitas manusia yang empirik. Ia sibuk dengan kebenaran
absolut mutlaknya tanpa mau memerinci apa yang disebut absolut mutlak itu,
padahal kemutlakan tersebut selalu dibungkus dalam pemikiran manusia yang
relatif. Penegasan dan ketidakpedulian ini akan menjadikan agama terkesan berwatak
antagonistik dan otoriter yang dikhawatirkan membuat ajaran Islam justru
semakin kering dari pemahaman realitas sosial yang <i>arguable-debatable</i>
akibat dari dinamika budaya dan sosial. Historisitas memang merupakan refleksi
dari normativitas dan sebaliknya normativitas itu dibangun dari pengalaman
historisitas. Selalu ada proses dialogis yang tak pernah berhenti antara spirit
keduanya secara dinamis sepanjang gerak umat Islam masih ada. Akhirnya, agama
yang merupakan refleksi dari titah Tuhan yang transenden memang bersifat
absolut, namun dalam proses pembumiannya, ia menjadi relatif karena pengaruh
ruang waktu.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">Menurut Amin Abdullah
(2003:16), peradaban Islam sesungguhnya tidak lain adalah suatu hasil akumulasi
perjalanan pergumulan umat Islam ketika berhadapan dengan proses dialektika
antara “normativitas” ajaran wahyu yang permanen dan “historisitas” kesejarahan
pengalaman manusia di bumi yang selalu berubah secara dinamis. Norma bersifat
transenden sedangkan manusia adalah imannen. Relasi tarik menarik terkadang
saling afirmasi namun juga terkadang bahkan saling menegasikan, mengetepikan,
saling mencoba mendominasi eksistensi yang lain; antara kedua dimensi tersebut
selalu ada dalam perjalanan pemikiran Islam sepanjang sejarah. Sejauh mana
ideal moral dan wibawa normativitas wahyu yang terbungkus dalam pengalaman
empirik manusia di suatu tempat dan masa tertentu dapat ditangkap dan
diperlakukan kembali pada dimensi ruang dan waktu yang lain. Disinilah
persoalan krusial sering muncul, karena umat dituntut kreatif menggunakan
kecerdasannya untuk memetakan secara pas antara normativitas wahyu yang
universal dan historisitas manusia yang dinamis agar tidak terjadi dominasi
yang mematikan.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">Dikatakan lebih lanjut oleh
Abdullah (2003), fakta sejarah membuktikan bahwa tidak mudah untuk memetakan
domain keduanya. Nyatanya relasi dan dialektika keduanya sering diwarnai
ketegangan bahkan “anomaly”. Terkadang historisitas Islam yang bersifat imanen
dan profan dipaksa untuk diperlakukan secara absolut dan permanen dan bahkan di
sakralkan akibatnya terjadi <i>taqdis al-afkar aldiny </i>(pensakralan
pemikiran kegamaan) atau ortodoksi menurut Fazlurrahman yang menyebabkan
keajegan dan bahkan kemandegan Islam di wilayah historis, sementara dinamika
historisitas menuntut perjalanan, kemajuan, bahkan lari mengahadapi
problematika kehidupan manusia. Ironinya menurut M. Arkoun -dikutip Amin
Abdullah bahwa telah terjadi proses pelapisan geologi pemikiran Islam sejak
abad 12 hingga saat ini, sehingga menepikan aspek historisitas kemanusian yang
sesunggunya selalu dalam <i>on going process</i> serta <i>on going formation</i>.
Contoh ketika membaca QS ‘Abasa yang menampakan dimensi historisitas dan
imanensi Muhammad SAW ketika bermuka masam dengan Abdullah bin Ummi Maktum.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;">Peristiwa itu menunjukan imanensi
atau kemanusiaan Muhammad SAW. Namun dengan kekuatan intetektual dan rasionya
manusia dituntut untuk menemukan dimensi normativitas peristiwa tersebut yang
bersifat universal, impertif, <i>categorical</i> dan <i>necessary</i>. Kejadian
historis dapat berbeda tetapi dimensi normativitas dan etika al-Quran tetaplah
sama bahwa QS ‘<i>Abasa</i> tersebut memerintahkan untuk memperlakukan manusia
harus adil dan egaliter, demokratis dan santun tidak boleh diskriminatif
terhadap stratifikasi dan kasta sosial yang berbeda. Aspek universalitas Islam
terletak pada normativitasnya yang bersifat <i>categorical </i>(mengikat semua
pihak) sedangkan historisitasnya bersifat <i>particularcultural, </i>terletak
pada kejadian empirik yang dihadapi Nabi (Amin Abdullah, 2003: 20).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 125%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Referensi<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Abdullah, A., & Tabrani ZA. (2018). Orientation of
Education in Shaping the Intellectual Intelligence of Children. <i>Advanced
Science Letters</i>, <i>24</i>(11), 8200–8204.
https://doi.org/10.1166/asl.2018.12523<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Abdullah, M. Amin. 2004. Falsafah<i> Kalam di Era Postmodernism</i>.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Abdullah, M. Amin. 2004. <i>Studi Agama Normativitas atau
Historisitas</i>. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Abdullah, M. Amin. 2007. <i>Islamic Studies dalam Paradigma
Integrasi-Interkoneksi (Sebuah Antologi). </i>Yogyakarta: SUKA Press.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Abdullah, M. Amin. 2012. <i>Islamic Studies di Perguruan Tinggi:
Pendekatan IntegratifInterkoneksi</i>. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Abdullah, M. Amin. 2014. Paradigma dan Implementasi Pendekatan
Integrasi Interkoneksi dalam Kajian Pendidikan Islam. Disampaikan dalam seminar
nasional Pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 15 Oktober 2014.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Idris, S., & Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep
Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. <i>Jurnal Edukasi: Jurnal
Bimbingan Konseling</i>, <i>3</i>(1), 96–113. https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Idris, S., Tabrani ZA, & Sulaiman, F. (2018). Critical
Education Paradigm in the Perspective of Islamic Education. <i>Advanced Science
Letters</i>, <i>24</i>(11), 8226–8230. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12529<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Patimah, S., & Tabrani ZA. (2018). Counting Methodology
on Educational Return Investment. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(10),
7087–7089. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12414<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA, & Masbur. (2016). Islamic Perspectives on the
Existence of Soul and Its Influence in Human Learning (A Philosophical Analysis
of the Classical and Modern Learning Theories). <i>JURNAL EDUKASI: Jurnal
Bimbingan Konseling</i>, <i>1</i>(2), 99–112. Retrieved from
http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/600<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA, Idris, S., & Hayati. (2019). Islam dan Kuasa
Seksualitas Perempuan di Indonesia. <i>Yin Yang: Jurnal Studi Islam, Gender Dan
Anak</i>, <i>14</i>(1), 17–32.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2009). <i>Ilmu
Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern)</i>. Kuala Lumpur:
Al-Jenderami Press.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2011a). Dynamics of
Political System of Education Indonesia. <i>International Journal of Democracy</i>,
<i>17</i>(2), 99–113.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2011b). Nalar Agama
dan Negara dalam Perspektif Pendidikan Islam. (Suatu Telaah Sosio-Politik
Pendidikan Indonesia). <i>Millah Jurnal Studi Agama</i>, <i>10</i>(2), 395–410.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2012). Future Life of
Islamic Education in Indonesia. <i>International Journal of Democracy</i>, <i>18</i>(2),
271–284.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2013a). Modernisasi
Pengembangan Pendidikan Islam (Suatu Telaah Epistemologi Pendidikan). <i>Serambi
Tarbawi, </i>1(1), 65-84.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2013b). <i>Pengantar
Metodologi Studi Islam</i>. Banda Aceh: SCAD Independent.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2014). Islamic
Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma
Global). <i>Jurnal Ilmiah Peuradeun</i>, <i>2</i>(2), 211–234.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2015a). <i>Arah Baru
Metodologi Studi Islam</i>. Yogyakarta: Penerbit Ombak.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2015b). <i>Persuit
Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi Studi Islam)</i>.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Warisno, A., & Tabrani ZA. (2018). The Local Wisdom and
Purpose of Tahlilan Tradition. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(10),
7082–7086. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12413</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-42280423923692581782019-11-18T21:07:00.000-08:002020-03-01T23:31:42.371-08:00Penghormatan Terhadap Nilai-nilai Normatif yang Sakral<div style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">By: Tabrani. ZA</span></b><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 120%; margin-bottom: 6.0pt; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 120%;"><br /></span>
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 120%;">Islam adalah agama wahyu-langit (revealed religio). Ia
diturunkan oleh Allah Yang Transenden untuk seluruh manusia dimanapun dan
kapanpun. Oleh karena itu Islam menuntut autensitas/ keajegan dan tidak boleh
mengalami deviasi/ penyimpangan dan distorsi/ perubahan sebagaimana yang
terjadi pada agama lain karena Islam adalah agama yang par excellent. Namun
disisi lain kehidupan dan manusia selalu mengalami dinamisasi dan perubahan,
maka agar agama Islam bisa berfungsi sebagai petunjuk kehidupan manusia, dia
harus mampu mengakomodasi perubahan perubahan yang terjadi sehingga agama Islam
tidak kehilangan fungsinya (out of context) sebagai pedoman hidup manusia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 120%; margin-bottom: 6.0pt; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 120%;">Tantangan mendasar bagi kaum muslimin di sepanjang sejarah
adalah menemukan cara menjadikan al Qur’an relevan dengan berbagai situasi dan
kondisi baru yang terus berubah. Karena itulah para ulama, cendekiawan dan
pemikir berusaha menemukan cara untuk menemukan berbagai aturan normative pada
situasi baru serta menarik berbagai prinsip dan nilai yang substansial; atau
dalam bahasa Fazlurrahman, mengambil ideal moral yang bersifat universal dan
kemudian menerapkannya dalam konteks legal spesifik. Menurut Mattson
(2013:316), sejumlah sarjana pada abad 20-an mengembangkan berbagai pendekatan
baru terhadap Islam dengan menyerukan kontekstualisasi sehingga banyak orang
Islam yang menyebut mereka keluar dari ortodoksi Islam, dikarenakan pemahaman
mainstream masih menganggap bahwa pemeliharaan agama adalah identik dengan
penghormatan terhadap nilai-nilai normatif yang sakral. Karenanya diperlukan
metodologi yang tepat dan konsisten untuk menentukan sejauh mana suatu konteks
dipandang relevan bagi sebuah pemahaman dan kapan waktu yang tepat untuk
mendahulukan prinsip-prinsip umum atas aturan khusus.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 120%; margin-bottom: 6.0pt; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 120%;">Kekhawatirannya adalah resiko melakukan kontekstualisasial
al-Qur’an secara berlebihan dan terlalu bersandar pada prinsip-prinsip umum
dapat melahirkan sikap merelativekan kandungan al-Qur’an sehingga ajarannya
yang eksplisit hanya berlaku bagi satu situasi saat wahyu diturunkan. Meskipun
demikian garis pemisah antara konteks yang relevan dan kepentingan pribadi atau
relativisme yang sembrono sulit dibedakan.<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 120%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Referensi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani
ZA. (2009). <i>Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern)</i>. Kuala
Lumpur: Al-Jenderami Press.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani
ZA. (2011a). Dynamics of Political System of Education Indonesia. <i>International
Journal of Democracy</i>, <i>17</i>(2), 99–113.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani
ZA. (2011b). Nalar Agama dan Negara dalam Perspektif Pendidikan Islam. (Suatu
Telaah Sosio-Politik Pendidikan Indonesia). <i>Millah Jurnal Studi Agama</i>, <i>10</i>(2),
395–410.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani
ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia. <i>International
Journal of Democracy</i>, <i>18</i>(2), 271–284.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani
ZA. (2013a). </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Modernisasi
Pengembangan Pendidikan Islam (Suatu Telaah Epistemologi Pendidikan). <i>Serambi
Tarbawi, </i>1(1), 65-84.<span style="mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani
ZA. (2013b). <i>Pengantar Metodologi Studi Islam</i>. Banda Aceh: SCAD
Independent.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani
ZA. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian
Gradual Menuju Paradigma Global). <i>Jurnal Ilmiah Peuradeun</i>, <i>2</i>(2),
211–234.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani
ZA. (2015a). <i>Arah Baru Metodologi Studi Islam</i>. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tabrani
ZA. (2015b). <i>Persuit Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru
Metodologi Studi Islam)</i>. Yogyakarta: Penerbit Ombak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<br /></div>
<br /></div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-51912192096222498402019-09-05T10:30:00.001-07:002019-09-12T04:41:08.535-07:00Silabus Filsafat Ilmu FTK UIN Ar-Raniry<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 12.0pt;">Mata Kuliah ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan dan pelayanan kepada mahasiswa untuk melakukan analisis dan membangun pemahaman dan teori tentang filsafat ilmu. Kajian perkuliahan meliputi: Kedudukan Filsafat Ilmu (Pengertian, Tujuan, Objek Kajian dan Kedudukan Filsafat Ilmu); Hakikat Filsafat Ilmu (Pendekatan, Cara Kerja, Landasan, Hakikat, Objek, Nilai dan Kegunaan Ilmu); Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan (Karakteristik, Obyek dan Metode Pengembangan Ilmu); Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan dan Pengetahuan Ilmiah; Dasar Pengetahuan dan Kriteria Kebenaran (Kriteria Kebenaran dan Perkembangannya); Persoalan-Persoalan Pokok dalam Pengembangan Ilmu (Pre-Asumsi dan Asumsi Dasar, Sumber, Prinsip dan Batas-batas Pengembangan Ilmu); Berbagai Aliran Pengembangan Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi); Pendekatan-pendekatan dalam pengembangan ilmu (instrumen ilmu dan pengetahuan serta logika keilmuan); Orientasi Keilmuan Islam; Trilogi Dimensi Epistemologi Keilmuan Islam (Bayani, Irfani dan Burhani); Integrasi Agama, Sains dan Epistemologi Keilmuan Islam; Dimensionalitas Ilmu (Dimensi Ilmu); Penerapan Filsafat Ilmu terhadap Pengembangan Ilmu.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 12.0pt;">Secara
umum matakuliah ini mengajak mahasiswa untuk memahami filsafat yang tidak dalam
kecurigaan superior antara filsafat, agama dan Ilmu. Dengan demikian pemahaman
komplementer-sirkuler perlu ditekankan. Mahasiswa diajak untuk berpikir secara
rasional dengan bingkai pemikiran filsafat. Mata kuliah ini mengharap pada
mahasiswa agar mampu berpikir kritis, rasional logis, dan mampu mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan persoalan terkait pengembangan
keilmuan yang ditekuninya dan kehidupan setiap harinya</span><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 12pt;">.</span><br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<p style=" margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block;"> <a title="View Silabus & RPS Filsafat Ilmu FTK UIN Ar-Raniry on Scribd" href="https://www.scribd.com/document/425537614/Silabus-RPS-Filsafat-Ilmu-FTK-UIN-Ar-Raniry#from_embed" style="text-decoration: underline;" >Silabus & RPS Filsafat Ilmu FTK UIN Ar-Raniry</a> by <a title="View TABRANI. ZA's profile on Scribd" href="https://www.scribd.com/user/25265100/TABRANI-ZA#from_embed" style="text-decoration: underline;" >TABRANI. ZA</a> on Scribd</p><iframe class="scribd_iframe_embed" title="Silabus & RPS Filsafat Ilmu FTK UIN Ar-Raniry" src="https://www.scribd.com/embeds/425537614/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-i6OtSREbUpLDDZ4NpGrZ&show_recommendations=false" data-auto-height="false" data-aspect-ratio="1.414442700156986" scrolling="no" id="doc_338" width="600" height="350" frameborder="0"></iframe>
<div style="text-align: right;">
<a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=1WbEzKPyUCDeGv7WVviNUWijuoXzTjyKF"><button style="background-color: darkgreen; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download Silabus Filsafat Ilmu FTK UINAR</button></a><a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=13A4I02SkZg0bPN6-2XDhzdUvfdy0aWWq"><button style="background-color: darkred; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download RPS Filsafat Ilmu FTK UINAR</button></a><a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=1EZssfJj7i56moROVJ9MbpGAAg4CZO9cu"><button style="background-color: darkblue; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download Template Tugas Makalah UINAR</button></a>
</div>
</div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-8642935581966279232019-09-05T10:00:00.000-07:002019-09-12T04:41:22.833-07:00Silabus dan RPS Filsafat Umum FEBI UIN Ar-Raniry<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 12.0pt;">Mata
kuliah Filsafat Umum ini memuat materi ajar yang mencakup arti dan lingkup
filsafat, sebab-sebab lahirnya filsafat, perkembangan pemikiran filsafat sejak
zaman Yunani Kuno sampai zaman modern, cabang-cabang dan aliran-aliran
filsafat, ciri dan karakteristik setiap aliran filsafat beserta tokoh-tokohnya,
juga memuat ajaran-ajaran pokok dari para filsuf dan beragam aliran kefilsafatan.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 12.0pt;">Secara
umum matakuliah ini mengajak mahasiswa untuk memahami filsafat yang tidak dalam
kecurigaan superior antara filsafat, agama dan Ilmu. Dengan demikian pemahaman
komplementer-sirkuler perlu ditekankan. Mahasiswa diajak untuk berpikir secara
rasional dengan bingkai pemikiran filsafat. Mata kuliah ini mengharap pada
mahasiswa agar mampu berpikir kritis, rasional logis, dan mampu mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan persoalan terkait pengembangan
keilmuan yang ditekuninya dan kehidupan setiap harinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 12pt;">Sampai
pada akhirnya mahasiswa akan memahami dan mengenal dasar-dasar Filsafat Ekonomi
Islam secara komprehensif, yang memiliki landasan rasionalitas tetapi tidak
menghilangkan aspek ritualitas, karena dalam beragama tidak semua ajarannya
bersifat rasional dan bisa memuaskan secara intelektual. Pengalaman dalam
beragama bukan hanya bisa diliat secara fisik melainkan juga pengalaman batin, karna
hal tersebut merupakan sebagai proses berhubungan dengan Tuhan. Pada titik ini,
akal manusia dan batas rasionalitas itu berhenti. Beragama adalah hidayah yang
diberikan Tuhan, suatu pangilan dan penyerahan diri kepada Tuhannya. Islam
sesungguhnya didasarkan pada prinsip Tauhid (satu), yaitu prinsip bahwa Allah
menjadi pusat kehidupan dan kematian, yang menjadi awal dan akhir segala
sesuatu adalah Tuhan yang satu.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<p style=" margin: 12px auto 6px auto; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 14px; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none; display: block;"> <a title="View Silabus & RPS Filsafat Umum FEBI UIN Ar-Raniry on Scribd" href="https://www.scribd.com/document/425537603/Silabus-RPS-Filsafat-Umum-FEBI-UIN-Ar-Raniry#from_embed" style="text-decoration: underline;" >Silabus & RPS Filsafat Umum FEBI UIN Ar-Raniry</a> by <a title="View TABRANI. ZA's profile on Scribd" href="https://www.scribd.com/user/25265100/TABRANI-ZA#from_embed" style="text-decoration: underline;" >TABRANI. ZA</a> on Scribd</p><iframe class="scribd_iframe_embed" title="Silabus & RPS Filsafat Umum FEBI UIN Ar-Raniry" src="https://www.scribd.com/embeds/425537603/content?start_page=1&view_mode=slideshow&access_key=key-s1iyQkNp6cXenj49hStH&show_recommendations=false" data-auto-height="false" data-aspect-ratio="0.707221350078493" scrolling="no" id="doc_1880" width="600" height="350" frameborder="0"></iframe>
<div style="text-align: right;">
<a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=1CdDP4BUKYJjW24ERwauUW9gvBMu5_edA"><button style="background-color: darkgreen; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download Silabus Filsafat Umum FEBI UINAR</button></a><a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=10M8VOeHpsuL8R6sRlu7k2o8o96RJa4B_"><button style="background-color: darkred; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download RPS Filsafat Umum FEBI UINAR</button></a><a href="https://docs.google.com/uc?export=download&id=1EZssfJj7i56moROVJ9MbpGAAg4CZO9cu"><button style="background-color: darkblue; border-radius: 5px; color: white; cursor: pointer; font-size: Normal; font-weight: bold; height: 55px; padding: 0px 5px; text-shadow: 1px 1px #666; width: 150px;">Download Template Tugas Makalah UINAR</button></a>
</div>
</div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-41753148707972052832019-09-03T02:12:00.000-07:002019-09-10T19:29:31.440-07:00Menggugat Disertasi dan Pemikiran Abdul Azis Tentang Konsep Milk al-Yamin<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Oleh: Tabrani ZA</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Disertasi yang diajukan Abdul Aziz dengan judul “Konsep Milk al-Yamin Muhammad Syahrur sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Nonmarital” yang diujikan pada 28 Agustus 2019 lalu di UIN Sunan Kalijaga, dengan membedah pemikiran cendekiawan asal Suriah, Muhammad Syahrur, Abdul akhirnya dinyatakan lulus dengan beberapa catatan dari penguji.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akan tetapi ada sedikit harus dijelaskan bahwa pandangan Syahrur terhadap Milk-al Yamin tersebut cukup problematik. Problemnya terletak pada subjektivitas penafsir yang berlebihan yang dipengaruhi wawasannya tentang tradisi kultur dan sistem hukum keluarga di negara-negara lain, sehingga memaksa ayat alquran agar sesuai dengan pandangannya. Alhasil ayat-ayat tentang Milk al-Yamin yang dahulu ditafsirkan sebagai budak dipahami Syahrur dengan setiap orang yang diikat kontrak hubungan seksual. Bagi Syahrur, sama dengan budak pada zaman dulu yang dimanfaatkan tuannya untuk berhubungan seksual, orang-orang yang diikat kontrak untuk hubungan seks apapun bentuknya, marital atupun non marital, halal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penafsiran Syahrur tersebut dianggap terlalu subyektif, sehingga mengesampingkan makna obyektif dalam ayat alquran. Analogi budak dan orang yang diikat kontrak terlalu simplisistik karena hanya memandang satu aspek perbudakan, yakni seksualitas. Padahal sisi lain yang harus diperhatikan dari perbudakan yang sudah ada jauh sebelum turunnya ayat soal Milk al-Yamin, yakni martabat kemanusiaan yang oleh ayat alquran sangat dijunjung tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu hal yang dilupakan oleh Abdul Aziz bahwa posisi Syahrur sejalan dengan pendapat yang menolak sinonimitas karena ia menggabungkan teori sinkronik Ibnu Jinni dan teori diakronik al-Jurjani, karena keduanya saling melengkapi dan terkait dengan sejarah kata-kata. Jika mengakui sinonim berarti ia mengingkari sejarah kata-kata karena setiap kata mempunyai makna sesuai konteks penggunaannya yang terus berkembang. Penafian sinonimitas berimplikasi terhadap redefinisi terma-terma yang dianggap sinonim seperti al-kitab, Alquran, furqan inzal dan tanzil, dan imam mubin dan kitab mubin, ummul kitab dan lauh al-mahfudz, qada' dan qadar, zaman dan waqt, mu'min dan muslim, uluhiyah dan rububiyyah, manna dan salwa, konstruk rukun Islam, iman, dan nama-nama Alquran yang selama ini disinonimkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari penggunaan analisis syntagmatic bagi Abdul Aziz selaku pengkaji Syahrur sepertinya belum selesai membaca karyanya Syahrul. Karena Syahrul sendiri mengkonstruk tidak hanya kandungan Alquran tetapi juga meredefinisi terma yang selama ini disinonimkan dengan nama Alquran, maka siapa saja yang membaca karya syahrul jelas akan menangkap ketidakonsistenan Syahrur, karena jika ditilik pada pandangannya tentang konsep al-Dzikr, al-inzal dan al-tanzil dimana disatu sisi al-Dzikr merupakan proses perubahan kepada bahasa manusia yang cenderung terjadi desakralisasi terhadap teks, namun di sisi lain dengan analisis syntagmatic ini dengan sendirinya Syahrul mementalkan teorinya sendiri terhadap transformasi bahasa tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan tidak berusaha menghakimi ataupun membela, sebenarnya Disertasi Abdul Azis tersebut mendiskusikan tentang konsep metodologi hermeneutika yang diusung Syahrur dalam memahami konsep Milk Al-Yamin dalam Alquran. Kecenderungan hermeneutika yang ditawarkan, konsistensi atau inkonsistensinya mengaplikasikan teori pembacaan kontemporernya. Pertama, ia mencoba mengkaji Alquran dengan dekonstruksi atau rekonstruksi dengan mendobrak produk pemikiran yang selama ini dianggap “mapan” dan “sakral” tidak hanya pada tataran metodologi melainkan juga pilar-pilar akidah. Kedua, ia mengatakan bahasa Alquran tetap tauqifi walau dalam kandungannya ia interpretable. Ketiga, kontekstualisasi ada pada teks itu sendiri melalui struktur linguistiknya. Keempat, teori linguistik yang di anut oleh Syahrul dari gurunya yang berakar pada pandangan Ibnu Jinni bahwa tidak ada sinonimitas dalam bahasa, dan karenanya ia membedakan terma yang selama ini disinonimkan dengan Alquran dan ini yang terlupakan oleh Abdul Aziz. Kelima, karena pemikiran syahrul yang sangat rasional dan cenderung dipengaruhi empirisisme, sehingga Abdul Aziz sepertinya terjebak oleh pemahaman yang sangat tergantung pada rasio dan dunia empirik, padahal Alquran memiliki sisi-sisi transenden yang tidak semuanya terwujud dalam dunia nyata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, dalam kontek keindonesiaan dan keislaman, mari kita melihat kasus Abdul Azis ini secara akademik, karena karya yang dihasilkan tersebut adalah sebuah kajian akademik. Dalam melihat kasus tersebut setidaknya ada 2 (dua) catatan penting dalam kita melihat fenomena ini. Pertama, meminjam perspektif filsafat yang mensistematisasi pada 3 (tiga) hal, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dalam konteks filsafat itu, ontologi itu membahas bagaimana hakikat sebuah obyek yang ditelaah sehingga membuahkan pengetahuan. Epistemologi membahas tentang bagaimana proses memperoleh pengetahuan, sedangkan aksiologi membahas tentang nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam kerangka ini, Abdul Aziz cenderung berorientasi ingin meraup pada ketiga hal itu, sehingga ia menghadapi kendala yang sangat serius. Ketika sebuah temuan dengan mengangkat teori Syahrur bahwa Milk al-Yamin itu hubungan seksual nonmarital maka jika berhenti pada tingkat epistemologi itu merupakan sebuah keabsahan. Artinya, temuan dari sebuah hasil kajian itu memiliki keabsahan jika memang dilakukan dengan metodologi dan kerangka berpikir ilmiah. Apalagi, ini adalah sebuah hasil kajian semata, bukan sebuah fatwa yang mengikat. Akan tetapi, kerangka epistemologi jika akan diimplementasikan pada tingkat aksiologi maka tentu ia akan berhadapan dengan nilai. Di sinilah problem mendasar dari disertasi Abdul Aziz itu hingga menimbulkan kontroversi yang demikian besar. Bahkan, dengan keyakinannya, Abdul Aziz menyatakan bahwa temuan disertasinya ini akan mampu meredam praktek-praktek kriminalisasi pezina, yang itu sesungguhnya telah memasuki klaim aksiologis. Tentu, temuannya itu akan berhadapan dengan nilai dan norma yang selama ini telah dibangun oleh masyarakat, sehingga kita bisa memafhumi jika kemudian respons publik menolak keras atas temuan ini. Karena, itu telah memasuki ruang aksiologis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, fenomena disertasi Abdul Aziz ini semakin memperjelas betapa batas demarkasi antara validitas akademik dengan validitas sosial itu demikian jelas. Sesuatu yang valid secara akademik belum tentu valid secara sosial. Demikian juga, valid secara sosial belum tentu valid secara akademik. Kebenaran-kebenaran ilmiah belum tentu dapat diterapkan bahkan akan produktif secara praktis di tengah-tengah masyarakat, seperti halnya temuan Abdul Aziz dan temuan-temuan akademik lainnya. Termasuk juga, dalam temuan para saintis berupa teknologi cloning, itu absah secara akademis namun tidak patut secara sosial jika digunakan untuk meng-cloning manusia. Demikian juga, praktek-praktek yang dilakukan oleh masyarakat juga belum tentu memiliki justifikasi secara akademik, seperti fenomena politisasi agama, menempatkan posisi perempuan sebagai kelas kedua, dan lain-lain. Kedua kevalidan itu sebaiknya perlu dilakukan dialog dan kedewasaan bersikap secara produktif sehingga akan menemukan titik temunya yang pas. Demikian.</div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-27125295361514012802019-06-10T01:32:00.000-07:002019-07-05T01:35:13.557-07:00Trilogi Dimensi Filsafat Pendidikan Islam<div style="text-align: justify;">
Dasar-dasar pendidikan Islam secara prinsipil diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-dasarpembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utamatentu saja al-Qur’an dan sunnah. Al-Qur’an misalnya memberikan prinsip penghormatan kepada akal, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusiadan memelihara kebutuhan sosial yang hal ini sangat penting bagi pendidikan. Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai sosial kemasyarakatanyang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah atas prinsip mendatangkan kemashlahatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.Kemudian warisan pemikiran para ulama dan cendekiawan muslim yang merupakan dasar penting dalam pendidikan Islam. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<h2 id="DasarFilosofisPendidikanIslam" style="text-align: justify;">
Dasar Filosofis Pendidikan Islam</h2>
<div style="text-align: justify;">
Dasar filosofis pendidikan Islam merupakan kajian filosofis mengenai pendidikan Islam yang didasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para sahabat nabi SAW sebagai sumber sekunder. Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan filsafat Islamadalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafatpendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam.
Dasar-dasar pendidikan Islam secara prinsipil diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-dasarpembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utamatentu saja al-Qur’an dan sunnah. Al-Qur’an misalnya memberikan prinsip penghormatan kepada akal, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusiadan memelihara kebutuhan sosial yang hal ini sangat penting bagi pendidikan. Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai sosial kemasyarakatanyang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah atas prinsipmendatangkan kemashlahatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.Kemudian warisan pemikiran para ulama dan cendekiawan muslim yang merupakan dasar penting dalam pendidikan Islam.
Di samping itu, di bagianlain Azyumardi Azra juga mengemukakan mengenai sumber dan dasarpendidikan Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah serta nilai-nilai, norma dantradisi sosial yang memberi corak keislaman dan dapat mengikuti perkembangannya. Pendidikan Islam berpangkal dari ajaran Ilahiyah, maka tentu harusbersumber dari kebenaran dan kebesaran Ilahi. Bagi kita sumber kebenaranIlahi telah diperkenalkan kepada manusia melalui para nabi berupa kitab suci.Dari empat kitab suci yang pernah diturunkan sebagai petunjuk umat manusia, maka sejak kehadiran Rasulullah SAW. di muka bumi ini satu yang harusditegakkokohkan yakni al-Qur’an. Di samping itu ketetapan-ketetapan Rasul SAW juga merupakan sumber utama pendidikan Islam.
</div>
<h2 id="EpistemologiPendidikanIslam" style="text-align: justify;">
Epistemologi Pendidikan Islam</h2>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Dari beberapa literatur
dapat disebutkan bahwa epistemology adalah teori pengetahuan, yaitu membahas
tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin
dipikirkan. D.W. Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat
yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dan pengandaipengandaiannya
serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang
memiliki pengetahuan. Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas,
diungkapkan oleh Azyumardi Azra bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang
keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Dapat
kita disimpulkan bahwa epistemologi merupakan salah satu komponen filsafat yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan, khususnya berkenaan dengan cara, proses,
dan prosedur bagaimana ilmu itu diperoleh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Dalam pembahasan ini
epistemologi pendidikan Islam lebih diarahkan pada metode atau pendekatan yang
dapat dipakai untuk membangun ilmu pengetahuan Islam, dari pada
komponen-komponen lainnya, sebab metode atau pendekatan tersebut paling dekat
dengan upaya mengembangkan pendidikan Islam, baik secara konseptual maupun
aplikatif. Epistemologi pendidikan Islam bisa berfungsi sebagai pengkritik,
pemberi solusi, penemu, dan pengembang. Pendekatan epistemologi memerlukan cara
atau metode tertentu, sebab ia menyajikan proses pengetahuan di hadapan siswa
dibandingkan hasilnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Pendekatan epistemologi ini
memberikan pemahaman dan keterampilan yang utuh dan tuntas. Seseorang yang
mengetahui proses sesuatu kegiatan pasti mengetahui hasilnya. Sebaliknya,
banyak yang mengetahui hasilnya tetapi tidak mengetahui prosesnya. Bisa
dipastikan bahwa jika pendekatan epistemologi ini benarbenar diimplementasikan
dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan Islam, siswa dapat memiliki
kemampuan memproses pengetahuan dari awal hingga wujud hasilnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Pendekatan epistemology
membuka kesadaran peserta didik untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, bahkan
dapat memberikan pemahaman dan keterampilan yang utuh. Disisi lain epistemology
yang merupakan pendekatan yang berbasis proses akan melahirkan
konsekuensi-konsekuensi logis, sebagaimana berikut ini:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Menghilangkan
paradigma dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Ilmu tidak bebas nilai
tetapi bebas untuk dinilai ; mengajarkan agama lewat bahasa ilmu pengetahuan
dan tidak mengajarkan sisi tradisional saja, tetapi sisi rasional.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Mengubah pola
pendidikan islam indoktrinasi menjadi pola partisipatif antara guru dan murid.
Pola ini memberikan ruang bagi siswa untuk berfikir kritis, optimis, dinamis,
inovatif, dan logis. Intinya pendekatan epistemology ini menuntut guru dan
siswa untuk sama-sama aktif dalam proses belajar mengajar.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Mengubah
paradigma ideologis menjadi paradigma ilmiah yang berpijak pada wahyu Allah.
Sebab paradigma ideologis ini karena otoritasnya dapat mengikat kebebasan
tradisi ilmiah, kreatif, terbuka dan dinamis. Secara praktis, pradigma
ideologis tidak memberikan ruang gerak pada penalaran atau pemikiran bebas yang
bertanggung jawab secara argumentatif. Padahal, Al-Qur’an sangat memberikan keleluasaan
bagi akal manusia untuk mengkaji, meneliti, mengobservasi, dan melakukan
penemuan pada ayat kauniyah. Oleh karena itu agar epistemology pendidikan islam
terwujud maka konsekuensinya harus berbijak pada wahyu Allah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Guna menopang
dan mendasari pendekatan epistemology ini, perlu dilakukan rekontruksi
kurikulum yang masih sekuler dan bebas nilai spiritual ini menjadi kurikulum
yang berbasis tauhid. Sebab pengetahuan yang bersumber dari hasil penelitian
pada alam semesta (ayat kauniyah) dan ayat al-Qur’an atau naqliyah merupakan
ilmu Allah. Ini berarti bahwa semua ilmu bersumber dari-Nya. Terkait dengan
pengembangan kurikulum pendidikan islam, hal-hal yang sifatnya masih melangit,
dogmatis dan transedental perlu diturunkan dan dan dikaitkan dengan dunia
empiris dan lapangan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Epistemology
pendidikan islam diorientasikan pada hubungan yang harmonis antara akal dan
wahyu. Maksudnya orientasi pendidikan Islam ditekankan pada pertumbuhan yang
integrasi antara iman, ilmu, amal dan akhlak.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">6.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Konsekuensi
yang lain adalah mengubah pendekatan dari pendekatan teoritis atau konseptual
menjadi pendekatan konstektual atau aplikatif.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Book Antiqua";">7.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Adanya
peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan penguasaan materi yang
kompeherensif tentang materi ajar yang terintegrasi antara ilmu dan wahyu.</span></span></div>
<h2 id="OntologiPendidikanIslam" style="text-align: justify;">
Ontologi Pendidikan Islam</h2>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Kata ontologi, berasal dari
dua kata dasar yaitu <i>Onto</i>s dan <i>Logos</i>. Ontos yang
berarti Ada dan Logos yang berarti Ilmu. Sehingga secara global istilah
onntologi bisa diartikan sebagai suatu ilmu yang mengkaji tentang hakiat dari
segala sesuatu Yang-Ada. Hakikat dalam kajian ontologi adalah keadaan
sebenarnya dari sesuatu, bukan keadaan sementara yang selalu berubah-ubah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Ontologi pendidikan Islam
adalah menyelami hakikat dari pendidikan Islam, kenyataan dalam pendidikan
Islam dengan segala pola organisasi yang melingkupinya, meliputi hakikat
pendidikan Islam dan ilmu pendidikan Islam, hakikat tujuan pendidikan Islam,
hakikat manusia Jumhur, “Karakteristik Pendidikan Islam sebagai subjek
pendidikan yang ditekankan kepada pendidik dan peserta didik, dan hakikat
kurikulum pendidikan Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Konsep
Pendidikan Dalam Islam<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Heri jauhari menyebutkan
bahwasannya pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik
manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta serta memiliki potensi atau
kemampuan sebagaimana mestinya. Menurut Hasan al-Banna -sebagaimana dikutip A.
Susanto- konsep pendidikan islam meliputi tiga sisi, yaitu pengembangan potensi
jasmani, akal dan hati sebagai tiga unsur pokok yang dimiliki manusia dan
sekaligus sebagai pewarisan kebudayaan Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.7pt;">Hamka
berpendapat pendidikan terbagi menjadi dua.</span><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.2pt;"> <i>Pertama, </i>pendidikan
jasmani, yaitu pendidikan untuk pertumbuhan dan kesempurnaan jasmani serta
kekuatan jiwa dan akal. <i>Kedua</i>, pendidikan ruhani, yaitu pendidikan untuk
kesempurnaan fitrah manusia dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
didasarkan agama, kedua unsur tersebut memiliki kecendrungan untuk berkembang.
Hal ini sebagaimana disadur oleh A.Susanto dalam Pemikiran pendidikan Islam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tujuan
Pendidikan dalam Islam<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tujuan adalah suatu yang
diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai; artinya tujuan
merupakan kehendak seseorang untuk mendapatkan dan memiliki, serta
memanfaatkannya bagi kebutuhan dirinya sendiri atau untuk orang lain. Menurut
Hasan Langgulung sebagaimana disebutkan Abuddin Nata bahwa tujuan pendidikan
agama harus mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, yaitu fungsi
spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman, fungsi psikologis yang
berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk akhlak , dan fungsi social
yang berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia
lain serta masyarakat dengan masyarakat lain sehingga terjalin hubungan yang
harmonis dan seimbang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Hakikat
Manusia dalam Pendidikan Islam<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Manusia dalam pandangan
Al-Qur’an adalah makhluk unik (luar biasa) lantaran kedudukannya sebagai
khalifah. Manusia mempunyai fitrah yang baik, kemampuan berkehendak (<i>free
will</i>), badan raga, ruh dan akal. Dengan demikian, pendidikan harus
mengembangkan atribut-atribut manusia tersebut. Demikian pula pendidikan Islam
bertujuan membentuk manusia yang beriman yang menyadari dan memperhatikan
komponen-komponen fitrahnya, tanpa mengorbankan salah satu demi pengembangan
yang lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Inti dari konsep pendidikan
menurut Al-Qur’an adalah proses pengembangan dan pembetukan manusia yang selalu
berlandaskan tauhid/mengesakan Allah, beribadah dan membesarkan nama-Nya.
Karena Allah tiada menciptakan manusia kecuali beribadah untuk menyembah-Nya.
(Q.S. adz-Dzaariyaat: 56).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Kurikulum
dalam Pendidikan Islam<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Kurikulum dalam pendidikan
Islam, yaitu kata <i>manhaj</i>, yang bermakna jalan yang terang, atau
jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Jadi,
kurikulum yang dimaksud adalah jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau
guru latih dengan orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Keberadaan kurikulum dalam
pendidikan Islam sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan menolong
mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat,
kekuatan-kekuatan, dan ketrampilan mereka yang bermacam-macam dan menyiapkan
mereka dengan baik untuk menjalankan hak-hak dan kewajiban, memikul
tanggungjawab terhadap diri, keluarga, masyarakat, bangsanya dan turut serta
secara aktif untuk kemajuan masyarakat dan bangsanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Alat pendidikan yang di
maksudkan penulis adalah media untuk terlaksananya proses pendidikan, maka alat
disini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk didalamnya metode
pendidikan menurut al-Qur’an. Sehingga metode dan alat pendidikan dalam
masyarakat adalah cara dan segala apa saja yang dapat digunakan untuk menuntun
dan membimbing setiap individu masyarakat dalam usaha membentuk kepribadian
muslim yang diridhai Allah. Oleh karena itu, alat dan metode pendidikan dalam
masyarakat haruslah searah dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;"> Kurikulum mempunyai
peran penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Apalagi ini tujuan
pendidikan Islam yang begitu kompleks, seorang anak didik tidak hanya memiliki
kemampuan secara afektif, kognitif maupun psikomotor, tetapi dalam dirinya
harus tertanam sikap dan pribadi yang berakhlakul karimah yang selalu
berlandaskan tauhid/ mengesakan Allah, beribadah kepada-Nya.</span></div>
<h2 id="AksiologiPendidikanIslam" style="text-align: justify;">
Aksiologi Pendidikan Islam</h2>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Aksiologis membahas tentang
hakikat nilai, yang didalamnya meliputi baik dan buruk (<i>good and bad</i>),
benar dan salah (<i>right and</i> <i>wrong</i>), serta tentang cara dan
tujuan <i>(means and ends)</i>. Cara memandangnya dari sudut baik dan
tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia. pendidikan Islam
diorientasikan pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang mantap dan
dinamis, mandiri dan kreatif. Tidak hanya pada siswa melainkan pada seluruh
komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Terwujudnya kondisi
mental-moral dan spiritual religius menjadi target arah pengembangan sistem
pendidikan Islam. Oleh sebab itu, berdasarkan pada pendekatan etik moral
pendidikan Islam harus berbentuk proses pengarahan perkembangan kehidupan dan
keberagamaan pada peserta didik ke arah idealitas kehidupan Islami, dengan
tetap memperhatikan dan memperlakukan peserta didik sesuai dengan potensi dasar
yang dimiliki serta latar belakang sosio budaya masing-masing.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Selain konteks etika
profetik, aksiologis dalam pendidikan Islam meliputi estetika yang merupakan
nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi yang berhubungan dengan seni. Dengan
seni itulah, nantinya bisa dijadikan sebagai media dan alat kesenangan, sebagai
ekspresi yang sebenarnya tentang pengalaman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Namun, lebih jauh dari itu,
maka dalam dunia pendidikan hendaklah nilai estetika menjadi patokan penting
dalam proses pengembangan pendidikan yakni dengan menggunakan pendekatan
estetis-moral, di mana setiap persoalan pendidikan Islam dilihat dari
perspektif yang mengikutsertakan kepentingan masing-masing pihak, baik itu
siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarakat luas. Ini berarti pendidikan
Islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang kreatif,
berseni (sesuai dengan Islam) sehingga pendidikan Islam tetap memiliki daya
tarik dan kajian yang senantiasa berkesinambungan serta relevan hingga akhir
zaman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Ada beberapa nilai etika
profetik dalam rangka pengembangan dan penerapan Ilmu Pendidikan Islam, yaitu:<o:p></o:p></span></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Nilai
ibadah, yakni bagi praktisi dan pemerhati pendidikan Islam, dalam segala
proses dan berfikirnya senantiasa tercatat sebagai ibadah (QS. Ali Imran:
191).<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Nilai
ihsan, yakni penyelenggaraan pendidikan Islam hendaknya dikembangkan atas
dasar berbuat baik terhadap sesama. (QS. al-Qashash: 77)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Nilai
masa depan, pendidikan Islam hendaknya ditujukan untuk mengantisipasi masa
depan yang lebih baik, karena mendidik berarti menyiapkan generasi yang
hidup dengan tantangan yang jauh berbeda dengan periode sebelumnya, yakni
menyiapkan sumber daya manusia yang cakap, terampil dan profesional. (QS.
al-Hasyr: 18).<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Nilai
kerahmatan, yakni ilmu pendidikan Islam hendaknya ditujukan bagi
kepentingan dan kemaslahatan seluruh umat manusia dan alam semesta,
sebagaimana termaktub dalam QS.al-Anbiya’: 107 berikut:<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Artinya:
dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;"><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Nilai
dakwah, yakni penerapan dan pengembangan ilmu pendidikan Islam merupakan
wujud penyebaran syiar Islam.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="background: white; text-align: justify;">Maka kemudian, jika
landasan ini senantiasa menjadi pegangan hidup dalam lingkup pendidikan Islam,
maka unsur aksiologis pendidikan Islam tetap abadi dan sesuai dengan harapan
dan kebutuhan masyarakat.</li>
</ol>
<h2 id="DaftarPustaka" style="text-align: justify;">
Daftar Pustaka</h2>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Abbas,
S., Tabrani ZA, & Murziqin, R. (2016). Responses of the Criminal Justice
System. In <i>International Statistics on Crime and Justice</i> (pp. 87–109).
Helsinki: HEUNI Publication.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Abas, E. (2019). The Effect of Madrasah
Principal's Leadership and Teachers' Work Motivation on Learning Effectiveness
in Bandar Lampung. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2), 305-314.
doi:10.26811/peuradeun.v7i2.271</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Abdullah,
A., & Tabrani ZA. (2018). Orientation of Education in Shaping the
Intellectual Intelligence of Children. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(11),
8200–8204. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12523<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Abubakar, A., Srimulyani, E., & Anwar, A.
(2019). Identification of Some Distinctive Values of Acehnese Malee (Shyness)
for Character Education. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1),
125-140. doi:10.26811/peuradeun.v7i1.224<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Anim, A., Prasetyo, Y., & Rahmadani, E.
(2019). Experimentation of Problem Posing Learning Model Assisted of Autograph
Software to Students’ Mathematical Communication Ability in Terms of Student’s
Gender. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2), 331-342.
doi:10.26811/peuradeun.v7i2.301</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">AR,
M., Usman, N., Tabrani ZA, & Syahril. (2018). Inclusive Education
Management in State Primary Schools in Banda Aceh. <i>Advanced Science Letters</i>,
<i>24</i>(11), 8313–8317. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12549<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Bustamam-Ahmad, K. (2019). The Religious
Imagination in Literary Network and Muslim Contestation in Nusantara. <em>Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2), 217-244. doi:10.26811/peuradeun.v7i2.344</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Dewi, N., & Atun, S. (2019). The Effect of
Science Technology Society (STS) Learning On Students’ Science Process Skills. <em>Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1), 113-124. doi:10.26811/peuradeun.v7i1.288<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Fahmi, C., AR, M., Nurliza, E., & Usman,
N. (2019). The Implementation of Academic Supervision in Improving Teacher
Competency at Primary School. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1),
181-194. doi:10.26811/peuradeun.v7i1.202<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Fitriani, N., & Sabarniati, S. (2019). A
Feedback Investigation of Comparing Teacher and Students’ Preferences on
Writing Conference in a Novice EFL Writing Class. <em>Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2), 315-330. doi:10.26811/peuradeun.v7i2.304<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Fuadi, T. (2019). Reproduction Based on
Islamic Culture: Effort to Increase Understanding of Reproduction System and
Prevention of Infectious Diseases. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2),
269-284. doi:10.26811/peuradeun.v7i2.234<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Haji Musa, N., & Mohd Yusoff, M. (2019).
Professional Values Influence on the Teachers’ Quality of Islamic Secondary
School. <em>Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2), 295-304. doi:10.26811/peuradeun.v7i2.415<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Hardianto, H. (2019). Conducting Quality
Culture in Educational Institutions. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2),
257-268. doi:10.26811/peuradeun.v7i2.210<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Hayati, H., & Mayasari, E. (2019). The
Implementation of Integrity Learning Through Entrepreneurship Activities and
Anti-Corruption Behavior. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2),
285-294. doi:10.26811/peuradeun.v7i2.259<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Hidayati, T., & Endayani, T. (2019).
Smartphones to Learn English: The Use of Android Applications by Non-English
Major Students in West Aceh. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1),
95-112. doi:10.26811/peuradeun.v7i1.231</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Idris,
S., & Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam
Konteks Pendidikan Islam. <i>JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling</i>, <i>3</i>(1),
96–113. https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Idris,
S., Tabrani ZA, & Sulaiman, F. (2018). Critical Education Paradigm in the
Perspective of Islamic Education. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(11),
8226–8230. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12529<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Kurniawati, E., & Sunarso, S. (2019).
Forming Students’ Character through School Culture in Senior High School Taruna
Nusantara Magelang. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1),
141-162. doi:10.26811/peuradeun.v7i1.298<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Meraj, M. (2016). Islamic Approach to the
Environment and the Role's in the Environment Protected. <em>Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 4</em>(1), 1-14. doi:10.26811/peuradeun.v4i1.81<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Mohd. Yusuff, M., Haji Othman, M., Suhid, A.,
& Khalid, R. (2019). The Practice of Noble Values among Primary School
Students in Malaysia. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1),
163-180. doi:10.26811/peuradeun.v7i1.385<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Muksal, M., Wahyuddin, W., Nirzalin, N., &
Zulfikar, Z. (2019). The Role of Government in Illegal Fishing Prevention to
Increase Fishermen's Economic Welfare in Aceh Province. <em>Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2), 357-368. doi:10.26811/peuradeun.v7i2.189</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Murziqin,
R., & Tabrani ZA. (2016). The Importance of Local Parties and Incumbency to
the Electoral in Aceh. <i>Journal of Islamic Law and Culture</i>, <i>10</i>(2),
123–144.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Murziqin,
R., Tabrani ZA, & Zulfadli. (2012). Performative Strength in the Hierarchy
of Power and Justice. <i>Journal of Islamic Law and Culture</i>, <i>10</i>(2),
123–144.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Musradinur,
& Tabrani ZA. (2015). Paradigma Pendidikan Islam Pluralis Sebagai Solusi
Integrasi Bangsa (Suatu Analisis Wacana Pendidikan Pluralisme Indonesia). <i>1st
Annual International Seminar on Education 2015</i>, 77–86. Banda Aceh: FTK
Ar-Raniry Press.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Usman, N., AR, M., & Marzuki, M. (2016).
The Influence of Leadership in Improving Personnel Performance at Traditional
Islamic Boarding School (Dayah). <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4</em>(2),
205-216. doi:10.26811/peuradeun.v4i2.98</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Nasution, W. (2018). The Effectiveness of
Teachers’ Performance of Islamic Junior High School in Islamic Boarding School
Langkat District, Indonesia. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 6</em>(2),
325-338. doi:10.26811/peuradeun.v6i2.285</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Nurhasanah, N., & Fitriana, Q. (2018). The
Influence of Emotional Intelligence on Social Adjustments of Tenth Grade
Students of SMA Unggul Negeri 2 Banda Aceh. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 6</em>(2),
253-266. doi:10.26811/peuradeun.v6i2.212<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Nufiar, N., & Idris, S. (2016). Teacher
Competence Test of Islamic Primary Teachers Education in State Islamic Primary
Schools (MIN) of Pidie Regency. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4</em>(3),
309-320. doi:10.26811/peuradeun.v4i3.105</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Patimah,
S., & Tabrani ZA. (2018). Counting Methodology on Educational Return
Investment. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(10), 7087–7089.
https://doi.org/10.1166/asl.2018.12414<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Rahayu, S., Irwan, I., & Ariesta, A.
(2019). A The Strategies of Sellers in Mobility Market Viewed from
Socio-economic Perspective. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2),
343-356. doi:10.26811/peuradeun.v7i2.323</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Saepullah, U. (2019). The Inter-Religious
Marriage in Islamic and Indonesian Law Perspective.<em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1),
43-58. doi:10.26811/peuradeun.v7i1.317<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Salami, S. (2015). Implementing
Neuro Linguistic Programming (NLP) in Changing Students’ Behavior: Research
Done at Islamic Universities in Aceh.<span class="apple-converted-space"> </span></span><i><span lang="SV" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Jurnal Ilmiah Peuradeun</span></i><span lang="SV" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">,<span class="apple-converted-space"> </span><i>3</i>(2), 235-256.</span><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Solikhin, F., Sugiyarto, K., & Ikhsan, J.
(2019). The Impact of Virtual Laboratory Integrated Into Hybrid Learning Use On
Students’ Achievement. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1),
81-94. doi:10.26811/peuradeun.v7i1.268<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Sulaiman, A., Masrukin, M., & Suswanto, B.
(2019). The Implementation of Community Empowerment Model as a Harmonization in
the Village Traumatized by Terrorism Case.<em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1),
59-80. doi:10.26811/peuradeun.v7i1.257</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Siswanto, R., Sugiono, S., & Prasojo, L.
(2018). The Development of Management Model Program of Vocational School
Teacher Partnership with Business World and Industry Word (DUDI). <em>Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 6</em>(3), 365-384. doi:10.26811/peuradeun.v6i3.322<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Syahrir, S. (2018). Islamic Education with
National Insight Viewed from Islamic Perspective. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 6</em>(1),
121-140. doi:10.26811/peuradeun.v6i1.192<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Syahril, S., & Idris, S. (2019). The
Concept of Child Education Through Dodaidi in Aceh. <em>Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 7</em>(2), 369-382. doi:10.26811/peuradeun.v7i2.337</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2008). <i>Mahabbah dan Syari`at</i>. Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2009). <i>Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern)</i>. Kuala
Lumpur: Al-Jenderami Press.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2011a). Dynamics of Political System of Education Indonesia. <i>International
Journal of Democracy</i>, <i>17</i>(2), 99–113.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2011b). Nalar Agama dan Negara dalam Perspektif Pendidikan Islam. (Suatu
Telaah Sosio-Politik Pendidikan Indonesia). <i>Millah Jurnal Studi Agama</i>, <i>10</i>(2),
395–410.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2011c). <i>Pendidikan Sepanjang Abad (Membangun Sistem Pendidikan Islam di
Indonesia Yang Bermartabat)</i>. 41–66. Yogyakarta: MSI UII.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2012a). Future Life of Islamic Education in Indonesia. <i>International
Journal of Democracy</i>, <i>18</i>(2), 271–284.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2012b). Hak Azazi Manusia dan Syariat Islam di Aceh. <i>International
Conference Islam and Human Right</i>, 123–142. Yogyakarta: MSI UII.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2013a). Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan Keagamaan
Islam (Tantangan Terhadap Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah). <i>Jurnal
Ilmiah Serambi Tarbawi</i>, <i>1</i>(2), 65–84.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2013b). <i>Pengantar Metodologi Studi Islam</i>. Banda Aceh: SCAD
Independent.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2013c). Urgensi Pendidikan Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat. <i>Jurnal
Sintesa</i>, <i>13</i>(1), 91–106.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2014a). <i>Buku Ajar Filsafat Umum</i>. Yogyakarta: Darussalam Publishing.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2014b). <i>Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif</i>. Yogyakarta:
Darussalam Publishing.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2014c). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian
Gradual Menuju Paradigma Global). <i>Jurnal Ilmiah Peuradeun</i>, <i>2</i>(2),
211–234.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2014d). Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Islam Perspektif Pedagogik Kritis.
<i>Jurnal Ilmiah Islam Futura</i>, <i>13</i>(2), 250–270.
https://doi.org/10.22373/jiif.v13i2.75<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2014e). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an dengan Pendekatan
Tafsir Maudhu`i. <i>Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi</i>, <i>2</i>(1), 19–34.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2014f). <i>Penelitian Tindakan Kelas (Buku Ajar)-Bahan Ajar untuk
Mahasiswa Program Strata Satu (S-1) dan Program Profesi Keguruan (PPG)</i>.
Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2014g). Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Moral Rakyat (Studi atas
Islam dan Perannya dalam Pembangunan Nasional Indonesia). <i>Jurnal Sintesa</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2015a). <i>Arah Baru Metodologi Studi Islam</i>. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2015b). Keterkaitan Antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat (Studi Analisis
atas QS. Al-An`am Ayat 125). <i>Jurnal Sintesa</i>, <i>14</i>(2), 1–14.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2015c). <i>Persuit Epistemology of Islamic Studies</i>. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2016a). Perubahan Ideologi Keislaman Turki (Analisis Geo-Kultur Islam dan
Politik Pada Kerajaan Turki Usmani). <i>JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan
Konseling</i>, <i>2</i>(2), 130–146. https://doi.org/10.22373/je.v2i2.812<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2016b). Transformasi Teologis Politik Demokrasi Indonesia (Telaah singkat
Tentang Masyarakat Madani dalam Wacana Pluralisme Agama di Indonesia). <i>Al-Ijtima`i-International
Journal of Government and Social Science</i>, <i>2</i>(1), 41–60.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2017a). <i>Menggugat Logika Nalar Rasionalisme Aristoteles</i>.
Yogyakarta: Mizan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2017b). Restrukturrisasi untuk Pendidikan Bermutu. <i>Research in
Education</i>, <i>12</i>(1), 131–136.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2017c). <span dir="RTL" lang="AR-SA">دور التربية الإسلامية في الإنماء الخلقي
للشعب (دراسة على الإسلام ودوره في الإنماء القومي بإندونيسيا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>). <i>Ar-Raniry, International Journal of
Islamic Studies</i>, <i>4</i>(1), 101–116.
https://doi.org/10.20859/jar.v4i1.128<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2019). Social Change and Human Nature. In <i>The New System’s Need for
Primitive Capital Accumulation</i> (pp. 271–277). United Kingdom: Taylor &
Francis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA, & Hayati. (2013). <i>Buku Daras Ulumul Quran (1)</i>. Yogyakarta:
Darussalam Publishing.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA, Idris, S., & Hayati. (2019). Islam dan Kuasa Seksualitas Perempuan di
Indonesia. <i>Yin Yang: Jurnal Studi Islam, Gender Dan Anak</i>, <i>14</i>(1),
17–32.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA, & Masbur. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul and Its
Influence in Human Learning (A Philosophical Analysis of the Classical and
Modern Learning Theories). <i>JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling</i>, <i>1</i>(2),
99–112. Retrieved from http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/600<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA, & Walidin, W. (2017). Hak-Hak Non Muslim dalam Pemerintahan: Konsep
Dien wa Ni’mah dan Pluralisme Agama di Indonesia. <i>Ijtima`i: International
Journal of Government and Social Science</i>, <i>3</i>(1), 15–30.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2019a). Constructive Ideas for Teaching Addition Skills. <i>Research in
Education</i>, <i>14</i>(2), 131–142.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2019b). Konfigurasi Pendidikan Karakter dalam Konteks Totalitas Proses
Psikologis dan Sosial-Kultural. <i>Ethics and Education</i>, <i>12</i>(1),
13–20.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tan, C. (2015). Educative Tradition
and Islamic School in Indonesia.<span class="apple-converted-space"> </span><i>Jurnal
Ilmiah Peuradeun</i>,<span class="apple-converted-space"> </span><i>3</i>(3),
417-430.</span><span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Usman,
N., AR, M., Murziqin, R., & Tabrani ZA. (2018). The Principal’s Managerial
Competence in Improving School Performance in Pidie Jaya Regency. <i>Advanced
Science Letters</i>, <i>24</i>(11), 8297–8300.
https://doi.org/10.1166/asl.2018.12545<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Usman,
N., AR, M., Syahril, Irani, U., & Tabrani ZA. (2019). The implementation of
learning management at the institution of modern dayah in aceh besar district. <i>Journal
of Physics: Conference Series</i>, <i>1175</i>(1), 012157.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1175/1/012157<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Walidin,
W., Idris, S., & Tabrani ZA. (2015). <i>Metodologi Penelitian Kualitatif
& Grounded Theory</i>. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-size: 11.0pt; mso-no-proof: yes;">Warisno,
A., & Tabrani ZA. (2018). The Local Wisdom and Purpose of Tahlilan
Tradition. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(10), 7082–7086.
https://doi.org/10.1166/asl.2018.12413<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Wekke, I., Arif, B., Zubair, A., & Wardi,
M. (2019). The Role of Muhammadiyah Institution Towards Muslim Minority in West
Papua. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1), 21-42.
doi:10.26811/peuradeun.v7i1.311<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Yuniati, S., & Susilo, D. (2019).
Strengthening Model of Institutional Capacity of Sugarcane Farmers in Situbondo
Regency. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1), 195-206.
doi:10.26811/peuradeun.v7i1.293</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Yusup, D. (2019). Multi Contract as A Legal
Justification of Islamic Economic Law for Gold Mortgage Agreement in Islamic
Bank. <em>Jurnal Ilmiah Peuradeun, 7</em>(1), 1-20.
doi:10.26811/peuradeun.v7i1.318</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 6pt 24.1pt; text-align: justify; text-indent: -24.1pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;">Zanabazar, A., & Battuya, B. (2019). Current
Status of Social Responsibility for Mongolian Mining Companies. </span><em style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 7</em><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;">(2), 245-256. doi:10.26811/peuradeun.v7i2.409</span><br />
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;"><b><a href="https://www.researchgate.net/publication/334045322_Trilogi_Dimensi_Filsafat_Pendidikan_Islam" target="_blank">Download Full Article</a></b></span></div>
<h2 id="judultautan" style="text-align: justify;">
</h2>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-79661725872831107542019-03-11T12:00:00.000-07:002019-06-27T22:57:47.873-07:00Profesi Pendidik dalam Perspektif Islam<div style="text-align: justify;">
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan mutu manusia melalui pengembangan fitrah (potensi diri). Manusia yang terdidik akan memiliki kekuatan spiritual agama, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam hidupnya. Oleh sebab itulah, pendidikan dianggap lebih identik dengan pekerjaan mengajar dan mendidik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang pendidik profesional sangat dibutuhkan dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut. Tanggung jawab seorang pendidik tercermin dari sikap mengetahui dan memahami nilai, norma, dan sosial, serta berusaha berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Pendidik harus berwibawa, memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral dan sosial.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidik harus cerdas, memiliki kemampuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang keahliannya. Ketika mengambil suatu keputusan pendidik harus mandiri (indefendent), terutama yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Pendidik juga harus visioner, bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan, bukan menanti perintah dari atasan semata. Pendidik juga harus disiplin, dalam arti mereka harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;">Menurut konsep
al-Qur’an, pendidik merupakan sosok berkompetensi dalam membentuk manusia
sebagai hamba Allah yang mampu mengaktualisasi diri sesuai dengan syariat Islam
untuk kemaslahatan hidup dunia dan akhiratnya. Pendidik memiliki peran yang
sangat besar dalam menyebarkan kebaikan melalui kegiatan pendidikan,
pembelajaran dan pelatihan. Pengembangan profesi pendidik seharusnya
tidak hanya terpaku pada hal-hal administrasi yang diatur juknis. Pendidik yang
sukses dengan meniru karakter yang disebutkan dalam al Quran (‘</span><i style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;">ulama</i><span style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;">, </span><i style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;">ar-rasikhuna
fi al-ilm, ahl dzikr, murabbi, muzakky, ulul albab,</i><span style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;"> </span><i style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;">mawa’idz,</i><span style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;"> dan </span><i style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;">mudarris</i><span style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;">,</span><i style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;"> mu’allim </i><span style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;"> dan</span><i style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;"> mursyid)</i><span style="background-color: white; font-family: "Book Antiqua", serif; font-size: 11pt; letter-spacing: -0.5pt; text-indent: 36pt;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pendidik
sebagai ulama</span></b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> dapat dipahami dalam Q.S Al Fathir
(35:28). ‘<i>Ulama</i> adalah orang yang memiliki ilmu, dengan ilmunya ia
”takut” kepada Allah, memiliki akhlak mulia, menjadi teladan bagi masyarakat.
Seorang <i>‘ulama</i> istiqamah terhadap ilmunya, serta berusaha
mengembangkan ilmunya secara terus-menerus, melakukan peran sebagai pelindung
dan pembimbing masyarakat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ilmu yang
dimiliki ulama bisa berupa ilmu agama (<i>tafaqqahu fi al-din</i>) atau ilmu
alam (sains). Semua ilmu pada hakekatnya berasal dari Allah
dan tugas utama seorang ulama adalah mengajarkan ilmu yang
menjadikan setiap orang yang belajar takut dan dekat kepada Allah. Pendidik
sebagai ulama menguasai ilmu secara mendalam, memiliki sifat ikhlas dan
pengabdian, sehingga dalam mengajarkan ilmunya didasari atas panggilan agama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pendidik
sebagai <i>ar-rasikhuna fi al-ilm</i></span></b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> dapat dipahami berdasarkan
Q.S Ali Imran (3:7) Orang yang mendalam ilmunya, tidak hanya dapat
memahami ayat-ayat yang jelas dan terang maksudnya (muhkamat), juga memahami
ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian (<i>interpretable</i>). <i>Ar-rasikhuna
fi al-ilm</i> merupakan hamba yang memperoleh hidayah dari Allah,
iman mereka kokoh, taat menjalankan ibadah, memiliki kepedulian sosial, serta
berakhlakul karimah. Pendidik sewajarnya harus memiliki karakter
sebagai <i>ar-rasikhuna fi al-’ilm</i>, karena hampir sama
dengan karakter ulama. Bedanya, ulama tidak saja di bidang ilmu pengetahuan,
tetapi juga dalam kehidupan sosial. Sementara <i>ar-rasikhuna fi al-’alm</i> lebih
terkonsentrasi pada ilmu pengetahuan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pendidik
sebagai <i>ahl dzikr</i></span></b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> terdapat dalam surat An-Nahl
(16:43). <i>Ahl dzikr</i> adalah orang yang memiliki pengetahuan,
menguasai masalah, atau ahli di bidangnya. Sebagai <i>ahl dzikr</i>,
setiap pendidik hendaklah menjadi orang yang selalu memberi peringatan kepada
orang lain agar meninggalkan perbuatan yang melanggar larangan Allah dan
Rasul-Nya. Pendidik sebagai <i>ahl dzikr </i>harus mendalami
ajaran-ajaran yang berasal dari Allah yang terkait dengan bidang keilmuannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pendidik
sebagai <i>Al murabbi </i></span></b><i><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span></i><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">terdapat dalam<i> </i>Q.S.
al-Fatihah (1:2)<b>.</b> Kata <i>Al murabbi</i> seakar dengan
kata <i>rabb</i> atau <i>tarbiyah</i>, artinya pemelihara,
pendidik, atau menumbuh kembangkan. Allah adalah <i>murabbi</i> bagi
makhluk-Nya, dimana pendidikan Allah terhadap manusia terbagi dua, yaitu
pendidikan kejadian fisiknya serta pendidikan keagamaan dan akhlak. Al-Muraghi
menyebutkan bahwa <i>al-Murabbi</i> adalah orang yang memelihara,
mengajar dan membimbing tingkah laku. Pendidik sebagai <i>al-Murabbi</i> adalah
seseorang yang berusaha menumbuhkan, membina, membimbing, mengarahkan segenap
potensi peserta didik secara bertahap dan berkelanjutan. <i>Al-Murabbi</i> memiliki
tugas yang berat dalam membina aspek jasmani dan rohani manusia. <i>Al
murabbi</i> harus memiliki kesanggupan dan kecakapan jasmani dan rohani,
sehingga tugasnya yang berat tersebut dapat diaksanakan dengan sebaik-baiknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pendidik
sebagai <i>Muzakki</i>,</span></b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> terdapat dalam surat al Baqarah
(2:151). <i>Muzakki </i>berarti sebagai orang yang menyucikan. Dalam
konteks pendidikan, <i>al-muzakki</i>, adalah orang yang mampu membantu
manusia agar terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar serta menjadi
manusia yang berakhlak mulia. Seorang <i>muzakki </i> memiliki
kemauan yang teguh untuk terus menerus mengajarkan manusia agar berupaya untuk
menyucikan diri, melakukan instropeksi secara terus menerus menjadi hamba Allah
yang baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pendidik
sebagai <i>ulul albab</i></span></b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> terdapat dalam surat Ali Imran
(3: 90-191). <i> Ulul albab </i>adalah<i> </i>orang yang
berzikir dan berpikir. <i>Ulul albab</i> merupakan orang yang
memiliki pemikiran (<i>mind</i>) luas dan dalam, perasaan (<i>heart</i>) halus
dan peka, daya pikir (<i>intellect</i>) tajam dan kuat, pandangan (<i>insight</i>)
luas dan dalam, pengertian (<i>understanding)</i> akurat, tepat, dan luas,
serta memiliki kebijaksanaan (<i>wisdom</i>). <i>Ulul albab</i> mampu
mendekati kebenaran dengan pertimbangan adil dan terbuka. <i>Ulul
Albab</i> adalah orang yang berakal atau orang yang dapat berfikir dengan
menggunakan akalnya, sehingga mampu ber pikir banyak dan beragam, tentang
ayat-ayat <i>qauliyah</i> (Al-Qur’an) dan ayat-ayat <i>kauniyah</i> (alam
semesta). Kemampuan berpikir ini bahkan mampu menganalisa secara mendalam
terhadap berbagai masalah yang mungkin terjadi, kemudian dapat menarik hikmah
atau pelajaran yang mendalam dari berbagai peristiwa
tersebut. Karakter <i>ulul albab</i> mengajarkan para
pendidik agar senantiasa menggunakan akalnya untuk memikirkan dan menganalisa
berbagai ajaran yang berasal dari Tuhan, peristiwa yang terjadi di sekitarnya
untuk diambil makna dan diajarkan kepada orang lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pendidik
sebagai <i>mawa’izh</i></span></b><i><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span></i><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">atau orang yang
memberi nasehat disebutkan dalam Q.S. Asy-Syu’ara (26:136). <i>Mawa’izh</i> adalah
orang yang senantiasa mengingatkan, menasehatkan dan menjaga orang yang
dididiknya dari pengaruh yang berbahaya. Nasehat itu berdasarkan kepada ajaran
al-Qur’an dan Hadis untuk melunakkan hati manusia, sehingga mereka menjadi
orang yang saleh, berprestasi dan terpelihara dari dosa-dosa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pendidik
sebagai <i>al mudarris</i></span></b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> dapat dipahami dari akar kata
yang terdapat dalm Q.S al-An’am (6:105). <i>Al<b> </b>mudarris</i> merupakan
orang yang senantiasa melakukan kegiatan ilmiah seperti membaca, memahami,
mempelajari dan mendalami berbagai ajaran yang terdapat di dalam al-Qur’an dan
al-Sunnah. Setelah itu berupaya mengajarkan dan membimbing orang lain agar
memiliki tradisi ilmiah yang kuat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pendidik
sebagai <i>mu’allim</i></span></b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">, berarti orang yang berilmu, istilah
ini tersirat dalam surat al-Baqarah (2:151). Makna ilmu dalam perspektif
Al-Qur’an lebih luas dan mendalam dari istilah <i>knowledge</i>, sains,
atau <i>logos</i>. Kata ilmu memiliki kaitan dengan alam, amal, dan <i>al-‘alim</i>.
Ilmu berkembang dengan mengkaji alam. Ilmu itu harus diamalkan, dan ilmu
tersebut mesti mendekatkan diri kepada <i>al-’Alim</i>, yaitu Allah Yang
Maha Memiliki Ilmu. <i>Mu’allim</i>mesti mengajarkan ilmu yang terkait
dengan kognisi, psikomotor, dan afeksi. <i>Mu’allim</i> bertanggung
jawab untuk mengajarkan ilmu untuk diamalkan dan mendekatkan diri kepada Allah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 130%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pendidik
sebagai <i>mursyd</i></span></b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; line-height: 130%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> bermakna orang yang cerdas. <i>Mursy</i> berasal
dari kata <i>rasyada</i>, artinya cerdas. Istilah ini terkandung dalam
surat an-Nisa’ (4:6). Cerdas dimaksud tidak saja pada intelektualitasnya,
tetapi berhubungan erat dengan spiritualnya. Dalam sebuah kisah disebutkan,
pada suatu ketika, Imam Syafi’i berkata: ”saya mengadu kepada Waqi’ tentang
buruknya hafalanku, maka dia mengajarkanku (<i>fa arsyadani</i>) agar
meninggalkan maksiat. Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya (<i>nur</i>),
dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat”. Nasehat Waqi’ tersebut
mengajarkan agar Syafi’i cerdas (<i>irsyad</i>) dengan meninggalkan kemaksiatan.
Karakter pendidik sebagai <i>mursyid</i>, berarti pendidik
harus menjadi orang yang cerdas baik dalam penguasaan materi,
penerapan teknik dan metode, serta menjadi model, teladan atau tokoh yang jauh
dari perbuatan-perbuatan maksiat.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">Kesepuluh
istilah di atas menunjukkan bahwa seorang pendidik tidak sekedar penyampai
materi, tetapi yang terpenting adalah melakukan internalisasi
nilai yang berbasis Al-Qur’an. Pendidik dituntut untuk membaca,
mengkaji, mengamalkan dan mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan bidang
keilmuan yang dimilikinya. Dengan begitu tidak boleh berhenti belajar,
meskipun telah mengajar. Pendidik harus tetap belajar membina dan mendidik
dirinya sendiri sehingga berhasil mendidik orang lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><b>Bahan Bacaan</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
<!--[if supportFields]><span style='mso-element:field-begin;
mso-field-lock:yes'></span>ADDIN Mendeley Bibliography CSL_BIBLIOGRAPHY <span
style='mso-element:field-separator'></span><![endif]-->Abbas, S., Tabrani ZA, & Murziqin, R. (2016). Responses of the
Criminal Justice System. In <i>International Statistics on Crime and Justice</i>
(pp. 87–109). Helsinki: HEUNI Publication.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Abdullah, A., &
Tabrani ZA. (2018). Orientation of Education in Shaping the Intellectual
Intelligence of Children. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(11),
8200–8204. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12523<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
AR, M., Usman, N.,
Tabrani ZA, & Syahril. (2018). Inclusive Education Management in State
Primary Schools in Banda Aceh. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(11),
8313–8317. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12549<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Idris, S., &
Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan
Islam. <i>JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling</i>, <i>3</i>(1), 96–113.
https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Idris, S., Tabrani ZA,
& Sulaiman, F. (2018). Critical Education Paradigm in the Perspective of
Islamic Education. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(11), 8226–8230.
https://doi.org/10.1166/asl.2018.12529<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Murziqin, R., &
Tabrani ZA. (2016). The Importance of Local Parties and Incumbency to the
Electoral in Aceh. <i>Journal of Islamic Law and Culture</i>, <i>10</i>(2),
123–144.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Murziqin, R., Tabrani
ZA, & Zulfadli. (2012). Performative Strength in the Hierarchy of Power and
Justice. <i>Journal of Islamic Law and Culture</i>, <i>10</i>(2), 123–144.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Musradinur, &
Tabrani ZA. (2015). Paradigma Pendidikan Islam Pluralis Sebagai Solusi
Integrasi Bangsa (Suatu Analisis Wacana Pendidikan Pluralisme Indonesia). <i>1st
Annual International Seminar on Education 2015</i>, 77–86. Banda Aceh: FTK
Ar-Raniry Press.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Patimah, S., &
Tabrani ZA. (2018). Counting Methodology on Educational Return Investment. <i>Advanced
Science Letters</i>, <i>24</i>(10), 7087–7089. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12414<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2009). <i>Ilmu
Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern)</i>. Kuala Lumpur:
Al-Jenderami Press.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
<span style="letter-spacing: -.4pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2013a). Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan Keagamaan
Islam (Tantangan Terhadap Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah). <i>Jurnal
Ilmiah Serambi Tarbawi</i>, <i>1</i>(2), 65–84.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2013b). <i>Pengantar
Metodologi Studi Islam</i>. Banda Aceh: SCAD Independent.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2013c).
Urgensi Pendidikan Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat. <i>Jurnal Sintesa</i>, <i>13</i>(1),
91–106.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2014a). <i>Buku
Ajar Filsafat Umum</i>. Yogyakarta: Darussalam Publishing.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2014b). <i>Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Kualitatif</i>. Yogyakarta: Darussalam Publishing.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2014c).
Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju
Paradigma Global). <i>Jurnal Ilmiah Peuradeun</i>, <i>2</i>(2), 211–234.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2014d).
Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Islam Perspektif Pedagogik Kritis. <i>Jurnal
Ilmiah Islam Futura</i>, <i>13</i>(2), 250–270. https://doi.org/10.22373/jiif.v13i2.75<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2014e).
Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an dengan Pendekatan Tafsir Maudhu`i.
<i>Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi</i>, <i>2</i>(1), 19–34.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2015a). <i>Arah
Baru Metodologi Studi Islam</i>. Yogyakarta: Penerbit Ombak.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
<span style="letter-spacing: -.3pt; mso-no-proof: yes;">Tabrani
ZA. (2015b). Keterkaitan Antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat (Studi Analisis
atas QS. Al-An`am Ayat 125). <i>Jurnal Sintesa</i>, <i>14</i>(2), 1–14.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2015c). <i>Persuit
Epistemology of Islamic Studies</i>. Yogyakarta: Penerbit Ombak.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2016a).
Perubahan Ideologi Keislaman Turki (Analisis Geo-Kultur Islam dan Politik Pada
Kerajaan Turki Usmani). <i>JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling</i>, <i>2</i>(2),
130–146. https://doi.org/10.22373/je.v2i2.812<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2016b).
Transformasi Teologis Politik Demokrasi Indonesia (Telaah singkat Tentang
Masyarakat Madani dalam Wacana Pluralisme Agama di Indonesia). <i>Al-Ijtima`i-International
Journal of Government and Social Science</i>, <i>2</i>(1), 41–60.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2017b).
Restrukturrisasi untuk Pendidikan Bermutu. <i>Research in Education</i>, <i>12</i>(1),
131–136.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2017c). <span dir="RTL" lang="AR-SA">دور التربية الإسلامية في الإنماء الخلقي للشعب (دراسة على
الإسلام ودوره في الإنماء القومي بإندونيسيا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>). <i>Ar-Raniry, International Journal of Islamic Studies</i>, <i>4</i>(1),
101–116. https://doi.org/10.20859/jar.v4i1.128<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2019).
Social Change and Human Nature. In <i>The New System’s Need for Primitive
Capital Accumulation</i> (pp. 271–277). United Kingdom: Taylor & Francis.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA, &
Hayati. (2013). <i>Buku Daras Ulumul Quran (1)</i>. Yogyakarta: Darussalam
Publishing.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA, &
Masbur. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul and Its Influence
in Human Learning (A Philosophical Analysis of the Classical and Modern
Learning Theories). <i>JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling</i>, <i>1</i>(2),
99–112. Retrieved from
http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/600<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA, &
Walidin, W. (2017). Hak-Hak Non Muslim dalam Pemerintahan: Konsep Dien wa
Ni’mah dan Pluralisme Agama di Indonesia. <i>Ijtima`i: International Journal of
Government and Social Science</i>, <i>3</i>(1), 15–30.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Tabrani ZA. (2019b). Konfigurasi
Pendidikan Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikologis dan
Sosial-Kultural. <i>Ethics and Education</i>, <i>12</i>(1), 13–20.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Usman, N., AR, M.,
Murziqin, R., & Tabrani ZA. (2018). The Principal’s Managerial Competence
in Improving School Performance in Pidie Jaya Regency. <i>Advanced Science
Letters</i>, <i>24</i>(11), 8297–8300. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12545<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Usman, N., AR, M.,
Syahril, Irani, U., & Tabrani ZA. (2019). The implementation of learning
management at the institution of modern dayah in aceh besar district. <i>Journal
of Physics: Conference Series</i>, <i>1175</i>(1), 012157.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1175/1/012157<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
Walidin, W., Idris,
S., & Tabrani ZA. (2015). <i>Metodologi Penelitian Kualitatif &
Grounded Theory</i>. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press.<o:p></o:p></div>
<div style="text-align: justify;">
<!--[if supportFields]><span style='font-size:12.0pt;font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;mso-ansi-language:EN-US;mso-fareast-language:
EN-US;mso-bidi-language:AR-SA'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif]--></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 5pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;">
<span style="mso-no-proof: yes;">Warisno, A., &
Tabrani ZA. (2018). The Local Wisdom and Purpose of Tahlilan Tradition. <i>Advanced
Science Letters</i>, <i>24</i>(10), 7082–7086.
https://doi.org/10.1166/asl.2018.12413<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -.2pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-3483417087718041382019-02-25T10:00:00.000-08:002019-08-27T01:01:12.914-07:00Konstelasi Studi Islam dalam Realitas Keilmuan Pendidikan<b>Oleh: Tabrani ZA
</b><br />
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Dalam realitas
kehidupan terdapat relasi yang kuat antar manusia, namun dalam praktek keilmuan
yang dikembangkannya tidak selalu berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari
adanya pengelompokan-pengelompokan dalam bidang keilmuan sehingga tampak benar
tidak saling menyapa. Apalagi ketika pengelompokan itu tampak sebagai sebuah
upaya pemisahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Pemisahan yang dimaksud
di atas seperti halnya pemisahan yang bertolak dari paradigma ilmu yang
dikembangkan di Barat, yaitu </span><i><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">knowledge for power, </span></i><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">sementara pada sisi lain agamawan berparadigma </span><i><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">knowledge for living. </span></i><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Dua
paradigma itu kemudian melahirkan dua wajah peradaban yang berbeda. Paradigma
pertama telah menjadikan ilmu sebagai ‘tandingan Tuhan’ atau ‘Tuhan Baru” yang
memperlakukan obyeknya dengan semena-mena, sementara paradigma kedua lebih
menekankan ilmu sebagai media untuk hidup lebih baik secara berdampingan.
Pemisahan seperti itu pada akhirnya menghasilkan tragedi dan krisis kemanusiaan
dan lingkungan hidup. Ilmu yang semula diciptakan manusia untuk kemaslahatan
dan memudahkan hidupnya berubah menjadi faktor yang menentukan arah hidup
manusia. Maka pada titik inilah dirasakan bahwa ilmu tidak menjadi solusi, tapi
menjadi bagian dari problem. Karena nampaknya ini juga sering ‘menggangu’
hubungan antara sains dan agama.</span><i><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Pendidikan merupakan proses sosialisasi melalui interaksi
insani menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks ini anak didik dihadapkan
dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya,
serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia. Realitas sosial-budaya dan
agama dalam kehidupan masyarakat merupakan bahan dasar dalam kajian penyusunan,
perkembangan kurikulum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Nilai sosial-budaya masyarakat bersumber pada hasil karya
akal budi manusia, sehingga dalam menerima, menyebarluaskan, melestarikan dan
melepaskannya, manusia menggunakan akalnya. Sedangkan nilai agama bersumber
dari kitab suci yang telah diwahyukan oleh Tuhan melalui Rasul-Nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Lalu bagaimana bentuk hubungan antara Keilmuan Islam dan
keilmuan umum selanjutnya. Apakah keduanya akan saling mengalahkan? hal ini
bisa dijelaskan bahwa dalam memahami proses dialog antara Studi Islam dan
keilmuan umum dapat dilihat dengan tiga corak pendekatan. <i>Pertama</i> corak
paralel, di mana masing-masing corak epistemologi Studi Islam dan keilmuan umum
akan berjalan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan/persentuhan antara yang satu
dengan yang lain. Corak <i>kedua</i> adalah bersifat linear, di mana salah satu
dari keduanya akan menjadi primadona, sehingga kemungkinan akan berat sebelah.
Dalam hal ini kemungkinan terjadinya dialog yang intensif antara kedua keilmuan
menjadi sulit terjadi. <i>Ketiga </i>adalah corak sirkular, di mana
masing-masing corak epistemologi keilmuan dapat memahami keterbatasan,
kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri masing-masing dan sekaligus
bersedia mengambil manfaat dari temuan-temuan yang ditawarkan oleh tradisi
keilmuan yang lain serta memiliki kemampuan untuk memperbaiki kekurangan yang
melekat pada dirinya sendiri. Dan seharusnya permasalahan yang kompleks hari
dipecahkan dengan pendekatan yang kompleks juga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Islam yang ingin kita kembangkan adalah Islam yang
kompatibel dengan modernitas. Karena, kalau kita berbicara masalah modernitas,
maka syaratnya adalah memiliki rasionalitas, demokratis dan toleran terhadap
perbedaan, berorientasi ke depan <i>(future oriented)</i> dan tidak <i>backward
looking</i> (melihat ke belakang). Inilah yang menjadi ciri modernitas. Jadi
model keislaman seperti inilah yang seharusnya kita kembangkan melalui
lembaga-lembaga pendidikan Islam. Pendidikan Islam pada akhirnya juga melakukan
proses adaptasi dengan mengembangkan sistem penjenjangan, kurikulum yang lebih
permanen dan sistem klasikal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Memahami proses dialog antara Studi Islam dan keilmuan
umum dapat dilihat dengan tiga corak pendekatan: (1) corak paralel, di mana
masing-masing corak epistemologi Studi Islam dan keilmuan umum akan berjalan
sendiri-sendiri tanpa ada persentuhan antara yang satu dengan yang lain. (2)
bersifat linear, di mana salah satu dari keduanya akan menjadi primadona,
sehingga kemungkinan akan berat sebelah. Dalam hal ini kemungkinan terjadinya
dialog yang intensif antara kedua keilmuan menjadi sulit terjadi. (3) corak
sirkular, di mana masing-masing corak epistemologi keilmuan dapat memahami
keterbatasan, kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri masing-masing dan
sekaligus bersedia mengambil manfaat dari temuan-temuan yang ditawarkan oleh
tradisi keilmuan yang lain serta memiliki kemampuan untuk memperbaiki
kekurangan yang melekat pada dirinya sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Kebijakan-kebijakan dalam pengembangan Pendidikan Tinggi
Islam perlu mengakomodasi tiga kepentingan: (1) kebijakan itu harus memberi
ruang tumbuh bagi aspirasi umat Islam, (2) kebijakan yang ditempuh harus lebih
memperjelas dan memperkukuh keberadaan Lembaga Pendidikan Islam sebagai ajang
pembinaan masyarakat sehingga mampu melahirkan generasi yang cerdas,
berpengetahuan, berkepribadian serta produktif. (3) kebijakan yang dijalankan
hendaknya harus bisa dan mampu merespons tuntutan-tuntutan masa depan.
Masyarakat masa depan yang penuh risiko, berorientasi kepada masa depan,
sebagai masa depan yang telah diperhitungkan hal-hal yang mungkin terjadi (<i>calculate
risk</i>). Lembaga Pendidikan Islam seyogianya diarahkan untuk melahirkan
sumber daya manusia memiliki kesiapan memasuki era globalisasi, era
industrialisasi dan era informasi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;">Lulusan Perguruan Tinggi
Islam diharapkan mampu hadir secara fungsional menjawab dan memecahkan
problem-problem keummatan, bukan menjadi </span><i style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;">trouble maker-</i><span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt; text-indent: 36pt;">nya. Problem
ke-ummatan begitu banyak, sangat kompleks, saking kompleksnya dalam menjawab
tantangan dan problem tidak cukup dengan satu dimensi keilmuan saja, oleh
karena itu sarjana Perguruan Tinggi Islam diharapkan mampu berpikir bijak
dengan mengambil dari berbagai sudut keilmuan, sehingga dapat mengambil
tindakan secara bijaksana.</span></div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Referensi<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Abdullah, A., & Tabrani ZA. (2018).
Orientation of Education in Shaping the Intellectual Intelligence of Children. <i>Advanced
Science Letters</i>, <i>24</i>(11), 8200–8204.
https://doi.org/10.1166/asl.2018.12523<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">AR, M., Usman, N., Tabrani ZA, &
Syahril. (2018). Inclusive Education Management in State Primary Schools in
Banda Aceh. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(11), 8313–8317.
https://doi.org/10.1166/asl.2018.12549<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Budiman, M. N., Idris, S.,
Masbur. (2018). Between Religion and Education in Freud Perspective. <i>Advanced
Science Letters</i>, <i>24</i>(10), 7090-7094<span style="background: white;">.
https://doi.org/10.1166/asl.2018.12415<o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="personname"><span lang="IN" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Idris, S. </span></span><span lang="IN" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">(2013). <i>Kurikulum Dan Perubahan
Sosial: Analisis-Sintesis Konseptual Atas Pemikiran Ibnu Khaldun dan John
Dewey.</i> Banda Aceh: Ar-Raniry Press</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-outline-level: 1; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;">Idris, S. (2014). <i>Demokrasi dan
Filsafat Pendidikan (Akar Filosofis dan Implikasinya dalam Pengembangan
Filsafat Pendidikan).</i> Banda Aceh: Ar-Raniry Press</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-outline-level: 1; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;">Idris, S. (2015). Proposing
“Learning by Conscience” As a New Method of Internalization in Learning: An
Application of John Dewey’s Thinking Paradigm. </span><i><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">The
3rd International Conference on Educational Research and Practice 2015</span></i><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">. pp. </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;">84-87.</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Idris, S. (2015). The
Internalization of Democratic Values into Education and Their Relevance to
Islamic Education Development (Synthetic, Analytic, and Eclectic Implementation
of John Dewey’s Thoughts). <i>Advanced
Science Letters</i>, 21 (7), 2301- 2304. <span style="background: white;">https://doi.org/</span>10.1166/asl.2015.6257<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-outline-level: 1; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;">Idris, S. (2017). <i>Internalisasi
Nilai dalam Pendidikan (Konsep dan Kerangka Pembelajaran dalam Pendidikan
Islam).</i> Yogyakarta: Darussalam Publishing<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Idris, S. (2017). <span style="background: white; mso-bidi-font-weight: bold;">Learning by Conscience as a
New Paradigm in Education<b>.<span class="apple-converted-space"> </span></b></span><span class="apple-converted-space"><span style="background: white;"> </span></span><i><span style="background: white;">Advanced Science Letters</span></i><span style="background: white;">, 23(2), <span class="pagesnum">853-856. </span>https://doi.org/<span class="pagesnum">10.1166/asl.2017.7447<o:p></o:p></span></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-outline-level: 1; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;">Idris, S., & Ramly, F. (2016).
<i>Dimensi Filsafat Ilmu dalam Diskursus Integrasi Ilmu.</i> Yogyakarta:
Darussalam Publishing<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Idris, S., & Tabrani ZA. (2017).
Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. <i>Jurnal
Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling</i>, <i>3</i>(1), 96–113.
https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Idris, S., Tabrani ZA, & Sulaiman, F.
(2018). Critical Education Paradigm in the Perspective of Islamic Education. <i>Advanced
Science Letters</i>, <i>24</i>(11), 8226–8230.
https://doi.org/10.1166/asl.2018.12529<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Ikhwan, A. (2016).
Perguruan Tinggi Islam dan Integrasi Keilmuan Islam: Sebuah Realitas Menghadapi
Tantangan Masa Depan, Jurnal Ilmu Tarbiyah <i>"AtTajdid",</i> Vol. 5
No. 2 Juli 2016, hlm. 159-188<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Nufiar, N., & Idris, S.
(2016). Teacher Competence Test of Islamic Primary Teachers Education in State
Islamic Primary Schools (MIN) of Pidie Regency. <i>Jurnal Ilmiah Peuradeun</i>, 4 (3), 309-320.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Patimah, S., & Tabrani ZA. (2018).
Counting Methodology on Educational Return Investment. <i>Advanced Science
Letters</i>, <i>24</i>(10), 7087–7089. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12414<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Ramly, F., Walidin, W., Idris,
S., (2018). A Contemporary Discourse on Integrated Islamic Education. <i>Advanced
Science Letters</i>, <i>24</i>(10), 7124-7127. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12423<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 87.5pt; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Susanto, S., & Idris, S. (2017).
Religion: Sigmund Freud's Infantile Illusions and Collective Neurosis
Perspective. <i>Ar Raniry: International Journal of Islamic Studies</i>, <i>4</i>(1),
55-70.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2009). <i>Ilmu Pendidikan
Islam (antara Tradisional dan Modern)</i>. Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2011). Dynamics of Political
System of Education Indonesia. <i>International Journal of Democracy</i>, <i>17</i>(2),
99–113.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic
Education in Indonesia. <i>International Journal of Democracy</i>, <i>18</i>(2),
271–284.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2013a). Modernisasi
Pengembangan Pendidikan Islam (Suatu Telaah Epistemologi Pendidikan). <i>Serambi
Tarbawi, </i>1(1), 65-84.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2013b). <i>Pengantar
Metodologi Studi Islam</i>. Banda Aceh: SCAD Independent.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2013c). Urgensi Pendidikan
Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat. <i>Jurnal Sintesa</i>, 13(1), 91–106.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2013d). Kebijakan Pemerintah
dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan Keagamaan Islam (Tantangan Terhadap
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah). <i>Serambi Tarbawi</i>, 1(2), 65–84.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2014a). Islamic Studies dalam
Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). <i>Jurnal
Ilmiah Peuradeun</i>, <i>2</i>(2), 211–234.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2014b). Isu-Isu Kritis dalam
Pendidikan Islam Perspektif Pedagogik Kritis. <i>Jurnal Ilmiah Islam Futura</i>,
<i>13</i>(2), 250–270. https://doi.org/10.22373/jiif.v13i2.75<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2014e). Menelusuri Metode
Pendidikan dalam Al-Qur`an dengan Pendekatan Tafsir Maudhu`i. <i>Serambi
Tarbawi</i>, <i>2</i>(1), 19–34.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2015a). <i>Arah Baru
Metodologi Studi Islam</i>. Yogyakarta: Penerbit Ombak.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2015b). <i>Persuit
Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi Studi Islam)</i>.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2016). Perubahan Ideologi
Keislaman Turki (Analisis Geo-Kultur Islam dan Politik Pada Kerajaan Turki
Usmani). <i>JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling</i>, <i>2</i>(2),
130–146. https://doi.org/10.22373/je.v2i2.812<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2017a). <i>Menggugat Logika
Nalar Rasionalisme Aristoteles</i>. Yogyakarta: Mizan.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani ZA. (2017b). Restrukturrisasi
untuk Pendidikan Bermutu. <i>Research in Education</i>, <i>12</i>(1), 131–136.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Usman, N., AR, M., Murziqin, R., &
Tabrani ZA. (2018). The Principal’s Managerial Competence in Improving School
Performance in Pidie Jaya Regency. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(11),
8297–8300. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12545<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Walidin, W., & Saifullah. (2003). <i>Dinamika
Pemikiran Pendidikan</i>. Banda Aceh: Taufiqiyah Saa'adah.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Walidin, W., Idris, S., & Tabrani ZA.
(2015). <i>Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory</i>. Banda
Aceh: FTK Ar-Raniry Press.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-autospace: none; text-indent: -36.0pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Warisno, A., & Tabrani ZA. (2018). The
Local Wisdom and Purpose of Tahlilan Tradition. <i>Advanced Science Letters</i>,
<i>24</i>(10), 7082–7086. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12413<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-68227307823195210562019-02-04T10:31:00.000-08:002019-02-05T10:33:21.651-08:00PROGRESIVISME DALAM PENDIDIKAN <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAAwGROoFKKP769MyozQx0qCk922dwKQX9-Vf3g3OWCLd0KrKEqYx1OGzNe2O3DRgKVEwjmzMGMa5IEYDWRvKgseapl-ZN-rpQumT6c5MULqBDGv9S5_ROBnpjBkA2oNss0mMwbbOV_DQ/s1600/za.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="341" data-original-width="454" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAAwGROoFKKP769MyozQx0qCk922dwKQX9-Vf3g3OWCLd0KrKEqYx1OGzNe2O3DRgKVEwjmzMGMa5IEYDWRvKgseapl-ZN-rpQumT6c5MULqBDGv9S5_ROBnpjBkA2oNss0mMwbbOV_DQ/s200/za.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Berbicara
tentang filsafat tidak akan terlepas dari kegiatan berpikir manusia. Seseorang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mempelajari filsafat diharapkan akan tumbuh
suatu tradisi berpikir yang bersifat kritis, spekulatif rasional, dan radiks mendalam.
Tradisi berpikir seperti itu akan mampu mengarahkan manusia memecahkan problem-problem
kehidupan yang bersifat esensial dan bersifat abstrak secara tepat sasaran dan
dapat mencapai inti hakekatnya. Melalui pemikiran dan perenungan filsafati maka
seseorang akan mampu mengikuti dan melaksanakan cara-cara berpikir yang bersifat
lanjutan dan memiliki kompleksitas lebih tinggi dari cara-cara berpikir yang bersifat
umum (Hanurawan, 2005). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Pendidikan
merupakan proses untuk mendewasakan peserta didik, baik di lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Akhir-akhir ini muncul berbagai persoalan
pendidikan yang diakibatkan dari hasil pendidikan itu sendiri yang tidak sesuai
dengan harapan, sehingga mengakibatkan banyaknya penyimpangan yang ditimbulkan.
Misal dampak negatif dari perkembangan teknologi kadang memicu pornografi dan
pergaulan seks bebas pada remaja bahkan pada anak-anak. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Untuk
mengatasi hal tersebut salah satu lebih tinggi dari cara-cara berpikir yang bersifat
umum(Hanurawan, 2005). Pendidikan merupakan proses untuk mendewasakan peserta
didik, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Akhir-akhir ini
muncul berbagai persoalan pendidikan yang diakibatkan dari hasil pendidikan itu
sendiri yang tidak sesuai dengan harapan, sehingga mengakibatkan banyaknya
penyimpangan yang ditimbulkan. Misal dampak negatif dari perkembangan teknologi
kadang memicu pornografi dan pergaulan seks bebas pada remaja bahkan pada anak-anak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Untuk
mengatasi hal tersebut salah satu Filsafat pendidikan memberikan jawaban
terhadap masalah yang menantang manusia, yaitu jawaban atas ketidaktahuan tentang
sesuatu. Bentuk dan wujud reaksi, kreasi, pemahaman, gagasan-gagasan mengenai
prinsip, dan cita-cita pendidikan tersimpul dalam pokok ajaran aliran filsafat pendidikan.
Untuk menjawab permasalahan di dunia pendidikan sekarang ini diperlukan suatu
progres atau kemajuan dengan menfungsikan jiwa sehingga menghasilkan dinamika
yang lain dalam hidup, jadi tidak hanya sebatas ide. Aliran filsafat yang sesuai
untuk menjawab hal di atas adalah progresivisme.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Sejarah
progresivisme dalam pendidikan dapat dilihat dari sisi praktisi yaitu sekolah
yang progresiv atau sisi teoritis berupa ide-ide. Contoh di Jerman pendidikan
konvensional dengan <i>Reformpädagogik </i>dimulai pada 1890 dan berakhir pada
tahun 1933. Di Inggris Raya sekolah yang progresiv tahun 1960 dan 1970 (Darling,
2002: 298). Aliran progresivisme berkembang pesat pada permulaan abad ke XX dan
sangat berpengaruh dalam pembaruan pendidikan. Perkembangan tersebut didorong
oleh aliran naturalisme dan eksperimentalisme, instrumentalisme,
environmentalisme, dan pragmatisme sehingga progresivisme sering disebut
sebagai salah satu dari aliran tadi. Progresivisme disebut sebagai naturalisme,
mempunyai pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta ini (bukan
kenyataan spiritual dan supranatural). Progresivisme identik dengan eksperimentalisme,
aliran ini menyadari dan mempraktikkan eksperimen adalah alat utama untuk
menguji kebenaran suatu teori dan ilmu pengetahuan. Disebut instrumentalisme,
karena aliran ini menganggap bahwa potensi intelegensi manusia (merupakan alat,
instrumen) sebagai kekuatan utama untuk menghadapi dan memecahkan problem
kehidupan manusia. Environmentalisme, aliran ini menganggap lingkungan hidup
sebagai medan juang menghadapi tantangan dalam hidup, baik fisik maupun sosial.
Sedangkan pragmatisme, karena aliran ini dianggap sebagai petunjuk pelaksanaan
pendidikan agar lebih maju dari sebelumnya (Anwar, 2015:155).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Progresivisme
sebagai suatu teori pendidikan muncul sebagai bentuk reaksi terbatas terhadap
pendidikan tradisional yang menekankan metode-metode formal pengajaran, belajar
mental, dan susatra klasik peradaban Barat. Pengaruh intelektual utama yang melandasi
pendidikan progresif adalah John Dewey, Sigmund Freud, dan Jean Jeacques
Rousseau. Pertama, Dewey berangkat dari aliran pragmatis yang menuliskan banyak
hal tentang landasan filosofis pendidikan dan berupaya mengujinya dalam
laboratorium di sekolahnya. Kedua, Freud, mencuatkan kebebasan ekspresi diri
pada anak-anak dan lingkungan pembelajaran yang lebih terbuka dimana anak bisa
lebih terbuka melepaskan dorongan-dorangan instingtif mereka dalam cara yang
kreatif. Ketiga, Rousseau, menentang campur tangan orang dewasa dalam
menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran atau kurikulum subjek didik. Pendekatan
child centered sesuai dengan pemikiran Rousseau dan Freud (Samino, 2015:106).
Selain ketiga tokoh diatas Darling (2002: 298) menambahkan tokoh progresivisme
yaitu: Comenius, Pestalozzi, dan Froebel.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRAlQ7qb4tmP66IOLOTCaPkCVrKMDnkVRdhIJw4ObyCUZspDp8XcufNB3i_NM0ZTXXV9Bs9lwfcNPps4kBz3vTZ6n1bZH3prkIGZiNdmHOjD0U_Jdo8ucAJD8iHSJy6BWwOJfWdfjqDG0/s1600/progresivisme.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="479" data-original-width="638" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRAlQ7qb4tmP66IOLOTCaPkCVrKMDnkVRdhIJw4ObyCUZspDp8XcufNB3i_NM0ZTXXV9Bs9lwfcNPps4kBz3vTZ6n1bZH3prkIGZiNdmHOjD0U_Jdo8ucAJD8iHSJy6BWwOJfWdfjqDG0/s400/progresivisme.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Progresivisme
menekankan pada progres yaitu perubahan dan perkembangan alamiah demi suatu
kemajuan. Di dalam kemajuan itu anak memperoleh sesuatu yang baru, sebagaimana
dikatakan Brubacher (Hanurawan, dkk, 2006:121) <i>progress is naturalistic; it
implies change. </i></span><i><span style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Change implies novelty, and
novelty lays claim to being genuine rather than the revelation of an
antecedently complete reality</span></i><span style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">. </span><span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Kemajuan adalah suatu nilai. Kemajuan
dikatakan bernilai manakala membawa kebaikan, bermanfaat dan dapat digunakan
dalam kehidupan konkrit sehari-hari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">George
Herbert Mead teman Dewey merupakan filsuf progresif yang paling orisinil karena
menurutnya ide dan aksi harus digabung dan mengarah pada reformasi sosial. Mead
mengembangkan teori bermain pada anak-anak, menurutnya didalam bermain anak
melakukan aktivitas tertentu menghasilkan suatu karya. Lingkungan menyediakan
kesempatan bagi anak untuk berkembang secara alamiah dan wajar. Guru dapat
menstimulasi minat dan aktivitas anak agar tertarik pada pelajaran melalui
bermain. Dalam perkembangan progresiv tetap menekankan pembaharuan pendidikan
pada minat dan bakat anak, bukan pada tahap formal untuk menghafal saja
(Hanurawan, dkk, 2006:121).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Pendidikan
Progressivisme bertujuan untuk menjadikan manusia itu menjadi orang-orang yang
dapat membuka rahasia dari alam semesta. Inilah yang menjadi tujuan pendidikan
aliran ini. Alam semesta memiliki problem-problem. Dan itu sangat mempengaruhi
keberadaan manusia. Maka, dengan sendirinya manusia itu sendirilah yang harus
mencari pemecahan masalahnya sendiri. Dan murid diberi keleluasaan untuk membangun
kreatifitasnya dalam hal menjawab problem yang terjadi, namun sesuai dengan
minatnya sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: NimbusRomNo9L;">Sekolah
yang baik adalah sekolah yang dapat memberi jaminan kepada para siswanya selama
ia belajar. Maksudnya adalah bahwa sekolah harus mampu untuk membantu dan
menolong siswanya untuk bertumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan
tempat untuk para murid untuk mengembangkan minat dan bakatnya melalui
bimbingan para guru. Hal ini adalah benar. Akan tetapi, untuk mengarahkan apa
yang menjadi maksud dan tujuan penyelenggaraan pendidikan itu dituangkan
melalui kurikulum yang jelas dan tepat. Namun, yang terjadi adalah bahwa bagi
aliran ini memandang bahwa segala sesuatu adalah berasaskan fleksibilitas,
dinamis dan didalamnya termasuk kurikulum.</span><span lang="SV" style="font-family: "book antiqua"; mso-ansi-language: SV;"><o:p></o:p></span></div>
<br />adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-64733099786312840082019-01-07T20:59:00.000-08:002019-06-19T07:38:29.686-07:00Membaca Nalar Logika Aristoteles<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 9.9pt; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqX1Jq6eyPHBFqeQ4Uvad86JCHHpkVic3m1QwdHoSW_fom2KgvoLTyt8GHlJI2_A0fiofFkrRvNr2ypsOXyym2AIcFalGg9f9V_KBbDwv7D-zq4lhyphenhyphen2BczMWruQHKg0EzVrhgPWra-tU0/s1600/Aristoteles+Pic.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="243" data-original-width="207" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqX1Jq6eyPHBFqeQ4Uvad86JCHHpkVic3m1QwdHoSW_fom2KgvoLTyt8GHlJI2_A0fiofFkrRvNr2ypsOXyym2AIcFalGg9f9V_KBbDwv7D-zq4lhyphenhyphen2BczMWruQHKg0EzVrhgPWra-tU0/s200/Aristoteles+Pic.png" width="170" /></a><b><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">ARISTOTELES </span></b><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">sangat berpengaruh amat besar dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan,
seperti logika, fisika, metafisika, etika, ketatanegraandan lain-lainnya. Pengaruh
yang lebih besar adalah logika. Kalau pengaruh Aristoteles setelah zaman
Renaisans mulai berkurang,maka dalam logika tetap kuat. Bahkan, sampai
sekarang, dalam studi-studi filsafat, logika Aristoteles masih selalu dijadikan
bahan rujukan dan pegangan utama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 9.9pt; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; text-indent: 36pt;">Aristoteles terkenal sebagai “Bapak Logika”. Akan tetapi itu bukan berarti
bahwa sebelumnya tidak ada logika, sebab setiap uraian ilmu selalu berdasarkan
logika. Logika tidak lain dari berfikir secara teratur menurut urutan yang
tepat atau berhubungan dengan sebab-akibat. Para filosof sebbelum Aristoteles
telah memepergunakan logika sebaik-baiknya. Akan tetapi Aristoteles yang
peertama sekali melahirkan cara berfikir yang teratur itu dalam satu
sitem. Artinya, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Aristoteles memberikan
suatu uraian sistematis mengenai logika. Tidak dapat disangkal bahwa logika
Aristoteles memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah intelektual umat
manusia</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria"; text-indent: 36pt;">,
termasuk umat islam. Sampai saat ini buku rujukan dan pegangan logika
tradisional (yang harus dibedakan dengan logika modern) sebagian besar diisi
oleh logika Aristoteles.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 9.9pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;">Aristoteles membagi ilmu-imu pengetahuan atas tiga golongan, yaitu <i>pertama</i>,
ilmu pengetahuan praktis, yang meliputi etika dan politika. <i>Kedua</i>,
ilmu pengetahuan produktif, yang menyangkut pengetahuan yang sanggup
menghasilkan suatu karya (teknik dan kesenian). <i>Ketiga</i>, ilmu
pengetahuan teoritis, yangmencakup fisika, matematika dan “filsafat pertama”
(metafisika). Jadi dalam pembagian ini tidak ada tempat untuk logika. Sebab,
menurut Aristoteles, logika tidak termasuk ilmu pengetahuan sendiri, tetapi
mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan berfikir dengan cara ilmiah,
karena itu logika Aristoteles disebut juga <i>Organ</i> (alat).
Logika tidak merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan, merupakan suatu alat agar
kita dapat mempraktikan ilmu pengetahuan.<u1:p></u1:p></span><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 9.9pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;">Menurut Aristoteles, suatu keharusan bagi kita memiliki suatu alat sebelum
membangun sebuah angunan. Bangunan yang dimaksud adalah membina pembahasan
filosofis, sedanngkan alat adalah logika. </span><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Agar analisis filsafat menjadi
lebh tajam, kita harus memiliki logika yang andal. Jadi kekuatan dan kekuasaan
filsafat sangat bergantung kepada kemampuan logika. Bahkan, logika merupakan
tulang punggung filsafat dan subtansi metafisika, serta merupakan bingkai
filsafat. Pada gilirannya, filsafat itu tidak lebih dari penyusun
proposisi-proposisi logika yang berbentuk suatu silogisme logis.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 9.9pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Silogisme merupakan pokok yang paling utama dan penting dalam logika
Aristoteles. Namun, tanpa memiliki suatu pengetahuan
tentang proposisi dan konsep kita tidak akan sampai pada silogisme. Karena itu,
dalam logika Aristoteles tidak ada silogisme tanpa proposisi, sebagaimana tidak
ada proposisi tanpa konsep. Dengan demikian, unsur</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;">-unsur</span><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;"> logika</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;"> Aristoteles
terdiri atas tiga bagian. <i>Pertama</i>, konsep atau pengertian (Arab:<i>tashawwur</i>). <i>Kedua</i>,
proposisi atau pernyataan (Arab: <i>qadhiyah</i>). Dan <i>ketiga</i>,
silogisme atau penalaran (Arab: <i>qiyas‘aqly</i>).</span><span style="font-family: "cambria";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 10.0pt; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;">Konsep/Defenisi<u1:p></u1:p></span></b><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;">Konsep merupakan unsur dari proposisi atau keputusan. Karena itu, sebelum
kita sampai pembahasan proposisi, unsur-unsur akan diuraikan lebih dahulu.<u1:p></u1:p>
Konsep berasal dari bahasa latin,<i> concipere, </i>yang artinya
mencakup, mengandung, mengambil, menyedot, menangkap. Dari kata <i>concipere</i> muncul
kata benda conceptus yang berarti tangkapan. Kata konsep diambil dari conceptus
tersebut. Jadi konsep sebenarnya berarti “tangkapan” akal manusia apabila
menangkap sesuatu, terwujud dengan membuat konsep. Buah atau hasil dari
tangkapan itu disebut “konsep.”<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;">Dalam bahasa indonesia istilah konsep diterjemahkan dengan
istilah pengertian. Istilah pengertian mempunyai arti yang lebih
luas ketimbang konsep atau tangkapan. Karena it, disini akan digunakan istilah
konsep saja yang berpadanan dengan al-tashawwur dalam bahasa Arab.<o:p></o:p></span></div>
<u1:p></u1:p>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;">Konsep adalah suatu yang abstrak, yang dihasilkan suatu pemikiran secara
bersahaja, tanpa memberikan pernyataan yang positif atau negatif. Sebagaimana
diketahui kegiatan akal pikiran pertama sekali adalah menangkap sesuatu
sebagaimana adanya. Hal ini terjadi dengan mengerti tentang sesuatu tersebut.
Mengeerti berarti menangkap</span><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">makna</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;"> sesuatu</span><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">. Makna sesuatu dapat dibentuk oleh akal pikiran.
Yang dibentuk itu adalah suatu gambaran yang ideal, atau suatu ‘konsep’ tentang
sesuatu. Karena itu, konsep adalah suatu gambaran akal pikiran yang abstrak,
yang batiniah, tentang makna sesuatu.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Kalau kita hendak menunjukkannya, konsep itu harus diganti dengan lambing. Lambang
yang paling lazim ialah bahasa.Dalam logika yang dimaksud dengan “bahasa”
adalah suatu system bunyi-bunyi yang diartikulasikan dan dihasilkan dengan
dengan alat-alat bicara atau system kata-kata yang tertulissebagai lambing dari
kata-kata yang diucapkan. Jadi, di dalam bahasa, konsep itu lambangnya berupa
kata. Kata sebagai fungsi dari dari konsep disebut term. Artinya, kata-kata itu
hanya penting sebagai subjek atau prediket dalam suatu kalimat. Kalimat dalam
logika disebut proposisi. Jadi, proposisi adalah sebuah kalimat yang tersusun
dari term-term.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 10.0pt; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Proposisi<u1:p></u1:p></span></b><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Menurut Aristoteles, proposisi adalah semacam dari kalimat. Akan tetapi
tidak semua kalimat termasuk proposisi. Proposisi adalah kalimat berita yang
menyatakan pembenaran atau penyangkalan. Karena itu proposi mengandung sifat
benar atau salah. Adapun kalimat-kalimat seperti kalimat perintah, larangan,
pertanyaan seru, harapan, keinginan, doa, sumpah, pujian, selaan dan keheranan
tidak termasuk kalimat proposi.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Proposi merupakan pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara dua
term, yaitu term yang diterangkan, yang disebut subjek, dan term yang
meneranngkan, yang disebut predikat. Jadi, antara subjek dan predikat selalu
ada hubungan pembenaran dan penyangkalan. Proposisi, “Ahmad adalah anak yatim”,
jika memang benar begitu, pernyataan proposisi itu benar, sebaliknya adalah
salah<u1:p></u1:p>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Satu proposisi mengandung tiga unsure, yaitu subjek; hal yang diterangkan,
predikat;hal yang menerangkan, dan hal yang mengungkap hubungan antar subjek
dan predikatyang dinamai <i>copula; </i>yang dalam bahasa inggris
disebut: to be (Arab: rabithah). Pada proposisi “manusia adalah mortal”, term
“semua manusia” adalah bagian yang menjadi subjek,</span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "arial"; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-hansi-font-family: Cambria;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;"><span dir="LTR"></span> term
“mortal” adalah bagian yang menjadi predikat, dan “adalah” merupakan tanda yang
menyatakan hubungan antara subjek dan predikat, disebut <i>copula<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;">Menurut logika tradisional, proposisi pasti terdiri dari tiga unsur, yaitu
subjek, predikat dan copula. Copula mesti ada dan fungsinya menyatakan hubungan
yang terdapat antara subjek dan predikat.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: IN;">Hubungan yang dinyatakan oleh copula mungkin berupa pembenaran (afirmasi),
artinya copula menyatakan bahwa antara subjek dan predikat memang sesungguhnya
terdapat suatu hubungan dan mungkin pula copula menyatakan penyangkalan,
artinya copula menyatakan bahwa antara subjek dan predikat tidak terdapat suatu
hubungan apapun.<o:p></o:p></span></div>
<u1:p></u1:p>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 10.0pt; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "cambria";">Macam-macam Proposi<u1:p></u1:p></span></b><span style="font-family: "cambria";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Dalam proposi, predikat dihubungkan dengan subjek. Kalau hubungan itu tanpa
bergantung kepada suatu syarat, proposinya dinamakan proposi kategoris (<i>al-qadhiyah
al-hamliyah</i>), misalnya, “semua manusia adalah mortal”. Kalau hubungan
antara subjek dan predikat itu berdasarka pada suatu syarat tertentu,
proposinya disebut proposi kondisional (<i>al-qadhiyah al-syartiyah</i>),
misalnya, bila besi dipanaskan ia akan memuai”.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 10.0pt; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "cambria";">Silogisme</span></b><span style="font-family: "cambria";"><o:p></o:p></span></div>
<u1:p></u1:p>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Menurut Bertrand Russell, Aristoteles telah memberikan pengaruh yang
amat besar dalam beragai ilmu pengetahuan. Dan pengaruhnya yang
terbesar adalah dalam bidang logika, lebih khusus lagi adalah dalam bidang
silogisme (<i>qiyas ‘aqly</i>). Dua pembahasan terdahulu-term dan
proposisi-tidak lebih kecuali hanya sebagai pendahuluan bagi silogisme.
Sebab term dan proposisi merupakan materi bagi silogisme. Maka dalam
penilaian benar atau salahnya suatu silogisme sangat tergantung kepada
penyusunan materi-materi tersebut.<u1:p></u1:p> Akan tetapi silogisme merupakan
bagian dalam pembahasan penyimpulan (inferensi), maka pembahasan ini perlu
dimulai dari penyimpulan atau inferensi tersebut.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 10.0pt; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 10.0pt; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "cambria";">Pengertian
Inferensi (<i>al-Istidlal</i>)</span></b><span style="font-family: "cambria";"><u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Inferensi atau penyimpulan adalah proses mendapatkan suatu proposi yang
ditarik dari suatu proposi atau lebih. Sedangkan yang diperoleh mestilah
dibenarkan oleh proposisi atau proposi-proposi tempat menariknya. Proposi yang
diperoleh ini disebut konklusi (<i>natijah</i>), sedangkan proposisi atau
proposisi-proposisi tempat pengambilan konklusi disebut premis atau
premis-premis.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Ini berarti bahwa pemikiran kita berproses atau bergerak dari suatu hal ke
hal yang lain, dari satu proposi ke proposi yang lainnya, dari apa yang sudah
diketahui ke hal yang belum diketahui. Pengetahuan yang telah diketahui
merupakan panngkalan dan pengetahuan yang baru diketahui merupakan sesuatu yang
muncul dari pangkalan itu.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Aristoteles membagi inferensi kepada tiga macam:<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 8.6pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-fareast-font-family: Cambria;">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Inferensi
sofistik (<i>al-istidlal al-sofistha’i</i>), yaitu inferensi yang berdasrkan
premis-premis yang salah.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 8.6pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "cambria"; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-fareast-font-family: Cambria;">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Inferensi dialektis (<i>al-istidlal al-jadaly</i>),
yaitu inferensi yang bersifat umum tetapi tidak mesti benar, karena ia hanya
bersifat perkiraan. </span></span><span style="font-family: "cambria";">Premis-premisnya
mengandunng kemungkinan benar atau salah.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-line-height-alt: 8.6pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-fareast-font-family: Cambria;">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Inferensi
demonstrative (al-istidlal al-burhany), yaitu inferensi yakin, karena ia
yerdiri atas premis-premis yang benar.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 10.0pt; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "cambria";">Silogisme<u1:p></u1:p></span></b><span style="font-family: "cambria";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Sebagaimana disebut diatas bahwa silogisme adalah penemuan Aristoteles yang
terbesar dalam bidang logika, dan ia mempunyai peran sentral dalam banyak
yentang logika.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Silogisme suatu bentuk penarikan konklusinya secara deduktif tak langsung,
yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakakan serentak. Oleh karena
itu,silogisme adalah penarikan konklusi yang sifatnya deduktif, maka
konklusinya tidak dapat mempunyai sifat yang lebih umum dari premisnya. Berbeda
dari penarikan konklusi secara langsung yang konklusinya ditarik dari satu
premis saja. Silogisme yang merupakan penarikan konklusi secara tak langsung
konklusinya ditarik dari dua premis. </span><span style="font-family: "cambria";">Contoh:<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 36.0pt; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "cambria";">Semua manusia
adalah mortal</span><u1:p></u1:p></i><span style="font-family: "cambria";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 36.0pt; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "cambria";">Sokrates adalah
manusia<u1:p></u1:p></span></i><span style="font-family: "cambria";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-left: 36.0pt; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "cambria";">Sokrates adalah
mortal<u1:p></u1:p></span></i><span style="font-family: "cambria";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "cambria";">Kesimpulan yang
diambil dari contoh diatas, bahwa Socrates adalah mortal adalah sah menurut
penalaran deduktif, sebab kesimpulan itu ditarik secara logis dari dua premis
yang mendukungnya. </span><span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;">Pertanyaannya apakah kesimpulan itu benar, maka hal ini harus dikembalikan
kepada kebenaran pppremis yang mendahuluinya. Sekitar dua premis yang mendukung
adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah, meskipun kedua premisnya
benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya adalah tidak benar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; mso-line-height-alt: 8.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "cambria"; mso-ansi-language: SV;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b><span style="font-family: "cambria";">Referensi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="SV" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Idris, S & Tabrani, Z. A. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme
dalam Konteks Pendidikan Islam. <i>Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan
Konseling</i>, <i>3</i>(1), 96-113.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="SV" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Patimah, S., & Tabrani, Z. A.
(2018). </span><span style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Counting Methodology on
Educational Return Investment. <i>Advanced Science Letters</i>, <i>24</i>(10),
7087-7089.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="SV" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani, Z. A. (2015). <i>Persuit
Epistemologi of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi Studi Islam).</i> Penerbit
Ombak, Yogyakarta.</span><span lang="SV" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="SV" style="background: white; color: #222222; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani, Z. A., &
Masbur, M. (2016).</span><span lang="SV" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;"> </span><span style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Islamic Perspectives on the
Existence of Soul and Its Influence in Human Learning <i>(A Philosophical
Analysis of the Classical and Modern Learning Theories). </i></span><i><span lang="SV" style="background: white; color: #222222; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">JURNAL EDUKASI:
Jurnal Bimbingan Konseling</span></i><span lang="SV" style="background: white; color: #222222; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">, <i>1</i>(2), 99-112.</span><span lang="SV" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani. ZA. (2012). Future
Life of Islamic Education in Indonesia. <i>International Journal of Democracy,</i>
18(2), 271-284<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani. ZA. (2013). <i><span style="letter-spacing: -.4pt;">Pengantar Metodologi Studi Islam.</span></i><span style="letter-spacing: -.4pt;"> Banda Aceh: SCAD Independent</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani. ZA. (2014). <i><span style="letter-spacing: -.4pt;">Buku Ajar Filsafat Umum.</span></i><span style="letter-spacing: -.4pt;"> </span></span><span lang="SV" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt; letter-spacing: -0.4pt;">Yogyakarta:
Darussalam Publishing, kerjasama dengan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="SV" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani. ZA. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner <i>(Suatu
Kajian Gradual Menuju Paradigma Global).</i> </span><i><span lang="SV" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Jurnal Ilmiah Peuradeun</span></i><span lang="SV" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">, <i>2</i>(2), 211-234.</span><span lang="SV" style="background: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "book antiqua"; font-size: 11.0pt;">Tabrani.
ZA. (2015). <i><span style="letter-spacing: -.4pt;">Arah Baru Metodologi Studi
Islam.</span></i><span style="letter-spacing: -.4pt;"> Yogyakarta: Penerbit Ombak</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="background-color: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;">Warisno, A., &
Tabrani, Z. A. (2018). The Local Wisdom and Purpose of Tahlilan
Tradition. </span><i style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">Advanced Science Letters</i><span style="background-color: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;">, </span><i style="font-family: "Book Antiqua"; font-size: 11pt;">24</i><span style="background-color: white; font-family: "book antiqua"; font-size: 11pt;">(10), 7082-7086.</span></div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-65667239430507745672018-08-06T13:53:00.000-07:002020-03-09T06:54:08.483-07:00Menulis dan Mempublikasikan Artikel Ilmiah untuk Jurnal<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Pencapaian tertinggi dalam sebuah karya ilmiah adalah ketika
dipublikasikan. Dengan publikasi jurnal ilmiah tidak hanya sebagai
prasyarat akreditasi melainkan juga memperkaya literasi keilmuan yang ada.
Meskipun demikian dalam publikasi sebuah karya ilmiah terdapat beberapa etika
yang perlu diperhatikan. Salah satu bentuk publikasi ilmiah adalah jurnal.
Tidak semua artikel hasil penelitian dapat dikatakan sebagai jurnal ilmiah.
Sebelum melakukan penulisan artikel pada jurnal ilmiah biasanya akan melakukan
telaah pustaka terkait dengan teori dan penelitian terdahulu sesuai dengan
bidang keilmuan yang menjadi masalah penelitian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Menulis</span><b style="text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 125%;"> </span></b><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , serif; font-size: 11pt; line-height: 125%; text-indent: 36pt;">secara teknis sesungguhnya
merupakan kegiatan menjabarkan kerangka tulisan menjadi kalimat-kalimat,
paragraf-paragraf, dan sub-subbab/bab. Dalam proses itu, pemilihan kata dan
penggunaan ejaan dan tanda baca sangat penting. Kata atau kelompok kata akan
mewadahi gagasan yang akan disampaikan penulis kepada (calon) pembaca. Akan
tetapi, <i>gagasan terkecil yang paling sempurna</i> yang dimiliki penulis
berupa kalimat utama, bukan pada kata atau kelompok kata. Oleh karena itu,
untuk menghasilkan tulisan yang rinci dan sistematis, setelah kerangka tulisan
terwujud, mulailah dengan merumuskan kalimat-kalimat utama untuk setiap bagian
tulisan. Sebagai contoh, untuk bagian pendahuluan suatu artikel, sudah cukup
memadai bila (calon) penulis dapat menyiapkan 5-7 kalimat utama untuk
selanjutnya dijabarkan menjadi 5-7 paragraf.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 11pt;">Penjabaran
kerangka tulisan dilakukan dengan merangkai kalimat-kalimat dan
paragraf-paragraf. Kalimat-kalimat yang terangkai dalam paragraf dan
paragraf-paragraf yang terangkai dalam sebuah tulisan dikemas dengan
sebaik-baiknya. Intinya, kalimat-kalimat itu isinya saling mendukung, saling
melengkapi, saling merinci dan memperjelas kalimat-kalimat yang lain.
Satuan gagasan diikat oleh
paragraf-paragraf. Analogi yang mudah adalah setiap judul makalah, laporan
penelitian, artikel, atau buku itu dapat diibaratkan seperti <i>sebuah pohon</i>. Setiap pohon
memiliki cabang, ranting, dan daun. Sebuah tulisan, ibaratnya sebuah pohon. Ia
memiliki cabang-cabang (subbab), ranting (sub-subbab), dan daun (rincian dalam
sub-subbab, yang berupa paragraf-paragraf). Dalam setiap satuan itu harus
menunjukkan adanya kesatuan dan kepaduan dalam levelnya masing-masing.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;"><b><a href="https://doi.org/10.31219/osf.io/24v7t" target="_blank">DOWNLOAD FULL ARTICLE</a></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"><span lang="IN" style="font-size: 11pt;"><br /></span></span></div>
adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6062373699166635264.post-38994257930284716142018-05-21T08:29:00.000-07:002018-05-29T08:45:08.183-07:00WACANA: PENDIDIKAN UNTUK GENERASI EMAS <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 12pt;">Oleh: Prof. Dr. Cahyono Agus</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Generasi Emas 2045 telah
dicanangkan oleh Mendikbud Muhammad Nuh saat peringatan Hardiknas 2 Mei 2012, sebagai
proyeksi generasi yang akan menjadi pelaku utama bagi 100 tahun Kemerdekaan
Indonesia. Generasi utama yang mampu berprestasi menjulang tinggi dibanding
generasi sebelumnya dan bangsa lainnya untuk mewujudkan Bangsa Indonesia yang
besar, maju, jaya dan bermartabat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Generasi berkarakter “generasi emas” haruslah memiliki kompetensi, karakter,
gaya hidup, nilai relijius dan fighting spirit unggulan dalam kehidupan. </span>Juga
memiliki sikap, pola pikir, konsep dan berperadaban unggul dengan wawasan yang
cerdas, luas, mendalam, produktif, kreatif, inovatif,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan futuristik. Memiliki kompetensi, karakter,
gaya hidup dan fighting spirit unggulan dalam kehidupan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sehingga menumbuhkan tanggung-jawab dan
kontribusi nyata dalam mewujudkan lingkungan dan kehidupan yang sehat, damai, bermartabat
dan berkelanjutan seutuhnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bonus Demografi Indonesia akan
berlangsung antara tahun 2012 – 2035. Menurut Badan Pusat Statistik 2011, jumlah
anak usia 0-9 tahun mencapai 45,93 juta, sedangkan anak usia 10-19 tahun
berjumlah 43,55 juta jiwa. Mereka inilah anak-anak kader Generasi Emas 2045, yang
harus mendapat pendidikan unggulan secara sungguh-sungguh. Jangan sampai
berbalik menjadi bencana demografi membebani Indonesia. Kelompok anak usia dini
0-9 tahun merupakan masa keemasan (the golden age) seorang anak, menjadi
periode yang sangat penting dalam perkembangan fisik dan mental seorang manusia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pembebanan pembelajaran pada baca,
tulis hitung (calistung) maupun Ujian Nasional (UNAS) bagi anak didik usia emas,
nampaknya justru tidak menjadikan anak didik menjadi insan pembelajar yang baik.
Anak didik justru tertekan, mengambil jalan pintas, curang, korupsi, orientasi
nilai, kehilangan substansi dan integritas. Anak didik menjadi terpisahkan
dengan nilai budaya dan kemanusiaan, sehingga menganggap pelajaran di sekolah
sebagai momok yang berat, sulit, menakutkan, menjemukan, jenuh, membosankan
namun menjadi kewajiban yang harus dipaksakan. Anak didik menjadi mudah tergoda
untuk bermain, game, entertainment, permainan dengan teknologi canggih yang
menyenangkan, sesuai selera, mengerti kebutuhan, serasa menyatu dalam kehidupan
dan membikin ketagihan anak. Demikian juga perploncoan pada awal pembelajaran
justru menjadikan individu yang pendendam, suka kekerasan, ego, tidak tepo
sliro, bahkan ketika sudah menjadi pemimpin bangsa saat inipun justru semakin
arogan dan mau menangnya sendiri.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Siswa usia emas di Jepang lebih
banyak diajari etika, moral, budaya, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sesuai dengan perkembangan anak, tanpa beban
berat pelajaran calistung. Tidak ada tes ujian dari tingkat pertama sampai
tingkat ke tiga (setara SD kelas 1 sampai SD Kelas 3), karena tujuan pendidikan
adalah untuk menanamkan konsep dan pembentukan karakter, bukan hanya tes dan
indoktrinasi.Pelajar adalah masa depan Jepang, sehingga dipersiapkan dengan
matang. Finlandia menduduki rangking pertama dalam Global Education Rank<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sedunia justru karena sistem pendidikan yang
mengharuskan sekolah tidak lama dan tidak ada pekerjaan rumah. Namun selalu
dengan pemaknaan pada setiap proses pembelajaran.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menurut Rossabeth Moss Kanter, generasi
masa depan akan didominasi oleh nilai-nilai dan pemikiran cosmopolitan, sehingga
dituntut memiliki 4C yaitu: concept, competence, connection, dan confidence. Untuk
melahirkan para inspirator, inisiator, motivator, dan organisator bangsa yang
kompeten. Thomas J. Stanley menunjukkan bahwa dari 100 faktor yang berpengaruh
terhadap kesuksesan seseorang, IQ hanya diurutan ke-21, bersekolah di sekolah
favourite diurutan ke-23, dan lulus dengan nilai terbaik/hampir terbaik cuma
faktor sukses diurutan ke-30. Sementara 10 faktor pertama utama adalah: jujur, disiplin,
trampil, dukungan keluarga, kerja keras, mencintai pekerjaan, kepemimpinan, semangat
& berkepribadian kompetitif, pengelolaan kehidupan, dan kemampuan menjual
gagasan & produk.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Indonesia harus melakukan
restorasi (pembaharuan, revolusi) pendidikan dengan menemu kenali kembali pada
“khithah” sistem pendidikan nasional yang tepat. Yang berakar kuat pada nilai
religious dan budaya leluhur nasional sendiri dengan reformulasi kekinian, mengacu
pada sistem pendidikan yang menyenangkan<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>(edu-tainment) yang mementingkan nilai budaya dan kemanusiaan. Sebagaimana
yang telah diterapkan oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD) saat mendirikan Perguruan
Taman Siswa tahun 1922 di Yogyakarta. Karena kesenian nasional dapat menanamkan
benih atau bekal budi pekerti (watak atau tabiat) yang akan merapatkan jiwa
anak pada kebangsaannya. Sedangkan dengan pelajaran kesenian, kita bisa
membentuk jiwa dan raga anak, sehingga kelak akan mencapai derajat manusia
utama serta dapat menyusun perikehidupan yang pantas dalam masyarakat yang akan
dipikul bersama sama oleh mereka sekalian.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam sistem Tri Pusat Pendidikan
KHD , yang utama justru lingkungan keluarga, yang berperan besar dalam
meletakkan dasar-dasar budi pekerti, watak, karakter anak. Jadi tidak bisa
ditinggalkan hanya dengan alasan apapun, seperti tidak sempat, sibuk dsb. Lingkungan
sekolah, berperan melejitkan ‘kebaikan’ anak, membimbing perubahan ‘nature ke
culture’ nya anak sesuai kodratnya, sekaligus mereduksi, meredupkan, mengaburkan
watak-watak buruk bawaan akibat pengaruh di keluarga maupun di lingkungan
sekitarnya (seperti merokok, suka ‘misuh’, emosian/temperamental dll). Inilah
mengapa posisi sekolah berada di tengah-tengah antara keluarga & lingkungan.
Fungsinya juga menyiapkan sang anak agar mampu secara merdeka dalam arti
mandiri bertanggungjawab terhadap diri dan ketertiban sekitarnya, dalam
bergabung dengan lingkungan sosialnya di manapun berada. Pada usia emas dini, pembiasaan
jiwa anak akan ‘keindahan’ baik sikap, tutur kata, tindakan, keyakinan, pemikiran,
impian, angan-angan akan banyak sekali menuntun mereka di usia dewasa. Basis
pendidikan religious dan seni budaya akan mengasah hal ini secara hampir
sempurna.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sistem among yang harus
dikembangkan adalah metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih,
asah dan asuh (care and dedication based on love). Dalam sikap Momong, Among, dan
Ngemong, terkandung nilai yang sangat mendasar, yaitu pendidikan tidak memaksa
namun bukan berarti membiarkan anak berkembang bebas tanpa arah. Metode Among mempunyai
pengertian menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang. Menjadi
manusia merdeka yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek
kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati nilai kemanusiaan
setiap orang. Sesuai dengan petuah Ki Hadjar “educate the head, the heart, and
the hand”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pengetahuan & kepandaian
hanya sekedar alat, buah pendidikan adalah matangnya jiwa, yang dapat
mewujudkan hidup & penghidupan yang tertib & suci serta bermanfaat bagi
orang lain. Tembang, Lagu dan Gerak dalam metode pendidikan anak mampu
menstimulus anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Tantangan dunia di
era digital ini, anak-anak akan semakin berjarak dengan lingkungannya. Mari
kita menjulangkan prestasi tinggi dengan kembali pada metode pembelajaran yang
berakar kuat pada nilai religious dan budaya leluhur.<br />
<br />
Sumber: http://acahyono.staff.ugm.ac.id/2016/05/wacana-pendidikan-untuk-generasi-emas-oleh-prof-dr-cahyono-agus.html</div>
<br />adminhttp://www.blogger.com/profile/14402966658142037900noreply@blogger.com